#09-BelajarBudidayaKlanceng
Khafid Sirotudin
Ada 7 alasan mengapa kita musti memelihara klanceng di halaman/pekarangan/teras rumah kita. Alasan pertama adalah mudah (Jawa : gampang). Memelihara lebah klanceng tidak serumit dibandingkan memelihara hewan lain, seperti burung berkicau, burung merpati, kucing, anjing, ayam, itik, angsa, kambing, domba, sapi dan hewan piaraan lainnya.
Kebetulan kami pernah memelihara semua hewan yang disebutkan diatas, kecuali anjing. Jumlahnyapun lumayan banyak dari setiap hewan piaraan itu. Yang masih kami pelihara di rumah hingga sekarang tinggal 5 ekor burung perkutut. Sebagai orang Jawa, burung perkutut tidak termasuk burung berkicau, tetapi burung yang suka “manggung” sebagaimana burung (Jawa : manuk) puter, deruk, kelantan.
Kelima perkutut itu sudah kami pelihara lebih dari 17 tahun. Konon perkutut bisa berusia 50-70 tahun. Selain mudah merawat juga tidak membuat pikiran kita stress ketika harus ditinggal pergi atau piknik selama 5 hari. Asal pakan dan air tersedia di kurungan insya Allah aman. Kitapun cukup membersihkan kotoran dan memberi asupan pakan dan air setiap 3-5 hari sekali.
Memelihara klanceng itu mudah
Ketika kami memutuskan memelihara klanceng di pekarangan rumah, banyak pihak (termasuk anak istri) mempertanyakan. Kita harus maklum ketika memelihara hewan piaraan di rumah, seringkali mereka juga ikut repot terdampak memikirkan membeli dan memberikan makan, ikut membersihkan kotoran hewan yang dipelihara.
Kami acapkali menyampaikan di beberapa forum pelatihan dasar budidaya klanceng, bahwa prasyarat menjadi pembudidaya klanceng yang hebat itu, kita harus senang dan biasa (pernah) memelihara hewan piaraan dan tanaman. Dengan prasyarat tersebut, seorang pembudidaya klanceng akan bisa merasakan langsung dan membandingkan ‘kemudahan’ dan ‘kesulitan’ ketika memelihara koloni klanceng di pekarangan rumah.
Hal yang paling mudah (Jawa : gampang) untuk dibandingkan, diantaranya terkait prasarana dan sarana budidaya. Memelihara klanceng tidak membutuhkan peralatan yang ribet. Cukup stup/kotak budidaya dari papan/kayu yang bisa kita buat sendiri dari beragam bahan sisa yang ada di rumah. Kitapun tidak usah repot memikirkan untuk membelikan pakan khusus seperti memelihara hewan lainnya. Memelihara klanceng juga tidak perlu ‘angon’ (menggembala) seperti memelihara domba atau lebah madu ‘Apis mellifera’. Asalkan di halaman rumah kita dan tetangga serta lingkungan tempat tinggal kita banyak tanaman penghasil NePoReA, sudah selesai soal ketersediaan pakan bagi koloni klanceng. Kita juga tidak perlu repot membersihkan kotoran hewan yang baunya menyengat. Sebab koloni klanceng selalu membersihkan sendiri (auto cleaning) kotoran yang ada di dalam sarangnya.
Gampang, ojo nggegampang
Meski memelihara klanceng itu gampang, namun jangan sampai kita ‘nggegampang’ (Jawa : menyepelekan). Sebab apapun laku sosial kita haruslah dibarengi dengan ilmu dan keterampilan yang memadai. Sebab dengan ilmu, menjadikan hidup kita lebih mudah. Meski memelihara klanceng itu mudah (gampang), tapi jangan sampai kita menyepelekan (Jawa: nggegampang).
Ketiadaan ilmu dan ketrampilan budidaya telah memakan banyak korban penipuan ‘investasi abal-abal’ berlabel klanceng, dari oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Mereka biasanya melabeli dengan kalimat membius, antara lain: ‘Bisnis klanceng tanpa resiko rugi; investasi pasti untung dan sebagainya’.
Rasanya sudah cukup memakan korban sampai disini. Jangan ada lagi korban lain dari skema “bisnis ponzy” yang tidak berkeadaban. Puluhan milyar uang masyarakat hilang tanpa bisa kembali, meski oknumnya sudah ditangkap aparat berwajib. Kawan kami juga menjadi korban kehilangan Rp 200 juta karena tergiur dengan keuntungan di luar batas kewajaran dari “investasi klanceng” yang dikelola sebuah perusahaan (koperasi/PT/CV). Saran kami untuk para pemulia klanceng yang akan memulai memelihara atau berbudidaya:
Pertama, belajarlah secara langsung dengan para pembudidaya klanceng yang memiliki rekam jejak cukup lama. Setidaknya 5-10 tahun telah menekuni, menjalani dan mempraktekkan secara nyata. Dari ‘mentor’ (sebutan untuk praktisi klanceng) di berbagai daerah yang didatangi secara langsung, kita bisa belajar berbagai hal (keberhasilan dan kegagalan) yang pernah ditemui selama budidaya. Mereka adalah “guru aktual dan faktual” budidaya klanceng.
Kedua, ikutilah pelatihan dasar budidaya klanceng yang diisi oleh para praktisi/mentor. Betapapun dengan mengikuti pelatihan (teori dan praktek) kita mendapatkan ilmu dan ketrampilan dasar yang dibutuhkan.
Ketiga, memperbanyak literasi budidaya klanceng. Tayangan you-tube, FB dan beragam medsos lain hanyalah sebagai penambah pengetahuan saja. Lebih baik membaca beragam jurnal dan buku-buku hasil penelitian yang terkait dengan klanceng.
Keempat, belajar sambil budidaya (learning by doing). Dibutuhkan kesabaran, fokus dan ketelitian dalam menjalani proses budidaya. Tidak bisa instan, bim salabim langsung mahir. Untuk menjadi barista yang mahir harus praktek berulang-ulang membuat minuman kopi atau teh yang dirasakan sendiri dan disajikan bagi pelanggan. Begitu juga untuk menjadi pembudidaya klanceng yang handal.
Kelima, minumlah madu klanceng murni/asli setiap hari, minimal 1 sendok makan selama 3 pekan berturut-turut. Agar kita merasakan manfaat kesehatan dan kebugaran yang optimal dari madu klanceng. Mengapa ? Sebab kebanyakan orang hanya ingin mengambil keuntungan (profit oriented) menjadi penjual madu tanpa pernah mau mempraktekkan manfaat minum madu setiap hari (benefit oriented).
Kami jadi teringat ‘sesanti’ yang pernah disampaikan pepunden (sesepuh, pinisepuh, orang tua) dulu, yaitu :
- “Ojo dodol sandangan sik awakmu ora gelem tuku utowo nganggo” (Jangan menjual pakaian yang kamu tidak mau membeli atau memakainya).
- “Ojo dodolan panganan lan ombenan sik awakmu ora doyan” (Jangan menjual makanan dan minuman yang kamu tidak doyan/mau makan atau meminumnya)
- “Ojo dodolan jamu, obat utowo madu sik asakmu durung mbuktekke khasiyate” (Jangan menjual jamu/obat/madu yang kamu belum membuktikan khasiat atau manfaatnya).
Sudahkan kita minum madu hari ini ?Wallahu’alam
Weleri, 2 Maret 2022
*) Founder HIBTAKI, Pembudidaya Klanceng, Pemerhati Pangan.