SALEH PERSONAL, KAFIR DIGITAL

Haji adalah Wukuf. Wukuf tidak dapat dibadalkan (diwakilkan) orang lain, meski seseorang sedang sakit parah sekalipun. Wukuf tidak boleh dilaksanakan selain tanggal 9 Dzulhijjah, diluar waktu yang ditetapkan dan di luar wilayah Arafah. Meskipun ada jamaah yang sedang udzur syar’i (sakit/koma/opname) tetap akan dinaikkan mobil ambulan untuk menjalani wukuf (safari wukuf) sebagai syarat rukun wajib ibadah haji, meskipun hanya beberapa menit.

Saat wukuf di Arafah, 9 Dzulhijjah 1445-H (Sabtu Pon, 15 Juni 2024), berdasarkan catatan otoritas komunikasi dan informasi setempat, terdapat 5.610 Terabyte (5.610.000 Gegabyte/GB) dari dan ke jamaah haji yang mengakses internet dan melakukan aktivitas media sosial (medsos). Indonesia mendapatkan kuota haji sebanyak 241.000 orang. Menjadi negara dengan kuota jamaah haji terbanyak se-dunia. Empat besar negara dengan kuota di bawah Indonesia, yaitu Pakistan (179.210), India (175.025), Bangladesh (127.298) dan Iran (87.000).

Jika diasumsikan jumlah jamaah haji tahun ini 2 juta orang, dan separo jamaah (1 juta orang) memegang HP/Android dan melakukan komunikasi dua arah, maka setiap jamaah haji rata-rata berkontribusi sebanyak 1.403 GB. Saya yakin mereka mengirimkan foto selfi, video, foto beregu dan rombongan, voice note, video call, postingan mohon doa kelancaran ibadah, hingga live streaming khutbah wukuf oleh mutawif KBIH dan Biro Haji Umroh untuk keperluan promosi. Saya kira mirip dengan perilaku sebagian jamaah haji berfoto selfi dan membuat video pendek saat melaksanakan thawaf atau shalat di dekat kakbah maupun sa’i antara shafa dan marwa.

Bila kita asumsikan lamanya waktu wukuf, sejak bakda Dzuhur hingga menjelang Maghrib tiba, selama 5-6 jam, maka setiap orang mengeluarkan biaya internet/sosmed sebesar 233-280 GB. Jika hargsa 1 GB dari Operator Seluler disini Rp 10.000, maka silahkan dihitung sendiri berapa besar biaya yang dikeluarkan seluruh jamaah haji saat wukuf di Arofah. Besaran biaya itu baru hitungan saat melaksanakan wukuf selama 5-6 jam. Padahal jamaah haji Indonesia rata-rata menunaikan serangkaian ibadah haji selama 40 hari (960 jam) tinggal di Makkah dan Madinah.

Tentu menjadi sangat wajar apabila berbagai perusahaan penyedia jasa telekomunikasi dan informasi berebut ceruk pasar konsumen umat Islam Indonesia yang gemar berbelanja pulsa dan paket data, walau sedang menjalankan ibadah haji di tanah suci. Saya mafhum jika Elon Musk, pendiri SpaceX menjadikan Indonesia sebagai sasaran empuk konsumen Starlink.

Dalam hidup keseharian, kita acapkali menemukan seseorang yang nampak saleh secara personal di dunia nyata. Minimal terlihat dari aktivitas menjalankan ritual ibadah mahdhah di masjid atau mushola. Juga dari keikutsertaan seseorang di berbagai kelompok pengajian dan perkumpulan sosial budaya keagamaan di masyarakat. Terkadang kita jumpai seseorang yang terlihat sebagai pribadi pendiam, irit bicara. Istilah Jawa sering menarasikan dengan ungkapan “yen ora dijawil ora muni (jika tidak disenggol, tidak bersuara)”.

Namun di dunia maya, seorang pendiam dapat bersikap, bertindak dan “bersuara” sangat aktif, bahkan cenderung hiperaktif. Meski mulutnya terlihat diam, tetapi jari-jemarinya sangat aktif menanggapi beragam obrolan yang ada di puluhan WhatApps (WA) Group, FB, IG, Twitter, Tik-Tok yang diikuti. Gemar dan rajin copy-paste, forward, posting berbagai video, foto, tulisan, konten, link berita yang bahkan belum sempat dibaca isinya. Sebuah laku sosial Jumud-Milenial, Gegar Budaya atau Kesenjangan Peradaban yang memprihatinkan.

Fragilnya, perilaku naif bersosmed tersebut banyak dilakukan anggota “punk-siunan” (usia 60 tahun keatas) dalam WA Group Masjid/Mushola, Majelis Taklim, Ormas Keagamaan. Sebuah entitas netizen yang unik menggelitik, yaitu mereka yang masih memakai satu jari telunjuk untuk mengetik papan tut Android. Masih lumayan yang dilakukan komunitas usia 40-50 tahunan yang terbiasa menggunakan dua jempol saat mengoperasikan HP/Android dan mahir berfoto ria selfi dengan satu tangan kanan/kiri. Jangan bandingkan dengan Generasi Millenial atau Gen-Z yang terbiasa mengetik dengan 4-6 jari tangan kanan dan kiri tanpa melihat tut.

Saya mengungkapkan fenomena “kewaguan” (kekonyolan) sebagian warganet tersebut, saat memberikan Sambutan Pengantar Pelatihan Jurnalistik LP-UMKM dan Fordem Berkemajuan Jateng, dengan istilah Saleh Personal Kafir Digital. Saleh Digital merupakan kesalehan seorang netizen/jurnalis/warganet dalam memenuhi kaidah etika jurnalistik, mempraktekkan norma dan nilai-nilai kebaikan, menampilkan fakta dan data, serta kesalehan sosial dalam berbagi informasi secara baik, mendidik, shahih dan bertanggungjawab.

Saat ini kita hidup di abad informasi, era dimana teknologi informasi berkembang sangat cepat dan super dinamis. Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PP Muhammadiyah telah melakukan langkah-langkah antisipatif dengan mengeluarkan Pedoman Akhlak Sosmediyah/Netizen yang mudah dibaca dan dipahami oleh segenap warga persyarikatan dan masyarakat awam. Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) PP Muhammadiyah mendirikan perguruan tinggi, Universitas Siber Muhammadiyah (SiberMu).

Kafir digital tidak menjadi monopoli generasi “jaman kolonial”. Banyak juga generasi “jaman millenial” atau jaman-now yang terpapar virus kafir digital. Hal ini mudah kita telusuri dari maraknya kasus judi daring alias judi online yang dilakukan kalangan millenial. Atau beragam konten asusila, amoral, sadisme, bullying, promosi produk jamu dan obat kejantanan, iklan pakaian dalam, laman perjudian, dan pinjaman online (Pinjol) yang tidak tersertifikasi dan terakreditasi secara baik dan benar oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Jika anda sering dihubungi nomor telepon yang tidak dikenal berkali-kali dalam sehari, besar kemungkinan ada salah satu teman anda di WA Group yang sedang tersandung Pinjaman Online (Pinjol). Bilamana anda sedang mencari rujukan satu ayat kitab suci atau hadits nabi, tiba-tiba muncul iklan promosi obat kuat lelaki atau promosi –maaf– celana dalam, artinya ada teman anda dalam satu grup sosmed yang suka membeli produk itu atau sedang jualan on-line produk tersebut. Apabila anda sedang mencari informasi Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru sebuah PTN/PTS, dengan serta merta muncul iklan slot judi OL tanpa diminta, bisa jadi teman anda banyak yang mengikuti judi secara online.

Mengapa berbagai informasi buruk/jelek/kurang berkeadaban dapat muncul di HP kita?. Karena Algoritma mbah Google, koh Tik-Tok, tante IG, om Facebook, Bro X, mas Snack-Video, dan telah menggunakan kecerdasan artifisial (AI : kecerdasan buatan) yang rumit dan super canggih secara IPTEK selaras dengan nalar waras (logika, cipta). Tapi tidak memiliki sense of humanity (rasa dan karsa kemanusiaan), sense of behaviour dan sense of belonging. Ilmu dan Teknologi Informasi itu netral, tidak beragama. Semua tergantung pemakainya, apakah kita akan menjadi insan yang memiliki keshalihan personal dan digital sekaligus. Ataukah kita “ora nggalbo” (tidak sadar) telah terpapar virus wahn dan kepribadian ganda. Di satu sisi, seorang pribadi yang saleh secara personal tetapi di sisi lain manjalani ritual kafir digital yang melenakan.
Wallahu’alam

Semarang, 22 Juni 2022
*) Penulis adalah Ketua LP-UMKM PWM Jateng

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *