RAJENDRA FARM: MERINTIS USAHA DI USIA TUA

Rabu siang, 11 September 2024, kami janjian bertemu Indriawan Agung Subagiya (Agung) di pabrik pupuk Kawasan Industri Kulonprogo Yogyakarta. Agung adalah Ketua Bidang Kemitraan dan Jejaring LP-UMKM PWM Jawa Tengah, pemilik Seraya Auto Indonesia Wonosobo. Setelah jamaah Dhuhur dan makan siang, kami bertiga meluncur ditemani Direksi PT MNU Sugiarto sebagai “cucuk lampah” (pemandu arah) menuju Rajendra Farm. Sebuah usaha peternakan terpadu di kaki Bukit Menoreh, tepatnya di dukuh Trayu desa Ngargosari kecamatan Samigaluh kabupaten Kulonprogo.

Pegunungan Menoreh sendiri membentang di dua wilayah Provinsi. Yaitu Kulonprogo DIY serta kabupaten Magelang dan Purworejo Jawa Tengah. Mengingatkan buku bacaan kesukaan saya ketika belajar di SMA Muhammadiyah 1 Weleri. Judul bukunya “Api di Bukit Menoreh” karya SH Mintardja. Sebuah buku cerita Silat yang berseri dan berjilid-jilid hingga 396 buku. Tidaklah menyangka jika 40 tahun kemudian saya dapat menapakkan kaki di kaki Bukit Menoreh.

Untuk mencapai Rajendra Farm kita bisa melalui 2 jalur. Pertama, jalur melingkar dari pertigaan setelah 300-an meter dari kantor Polsek Samigaluh. Jalannya relatif lebih lebar dan tidak begitu menanjak terjal. Kedua, jalur pintas sekitar 50 meter sebelum Polsek. Melewati jalan beton lebar 2,5 hingga 3 meter dengan tanjakan terjal sepanjang 400-an meter dan hanya cukup dilewati satu mobil. Pastikan mobil anda sehat dan memiliki ground-clearing cukup tinggi. Jangan pernah membawa mobil sedan untuk menuju Rajendra Farm.

Perjalanan kami melalui jalur pintas yang lumayan menguras andrenalin terbayar lunas plus bonus keindahan kawasan Rajendra Farm seluas 10 hektar, yang berada di perbukitan nan sejuk dengan latar Pegunungan Menoreh yang menawan. Kedatangan kami disambut pak Bambang Wijono, owner dan perintis Rajendra Farm sejak 2001. Sebuah usaha yang beliau mulai paska pensiun sebagai ASN di Kementerian Transmigrasi dan Perambah Hutan.

Kami dipersilahkan masuk di kediaman pak Bambang, sebuah rumah besar dan cukup mewah di perbukitan yang lebih seperti Kastil. Sebuah tempat tinggal ukuran besar yang terdiri dari beberapa bangunan yang dibuat dengan konstruksi kuat. Dengan sangat ramah beliau juga mengenalkan beberapa tamu yang datang lebih dulu dari luar Jawa. Rombongan dari Dinas Peternakan Tarakan Kalimantan Utara dan Sulawesi Selatan. Saat ini usia pak Bambang 79 tahun dan terlihat masih sehat. Ditemani istri, ibu Sri Hartiningsih, kami ngobrol santai berlima di ruang tamu.

Membangun Jejaring

Dari obrolan di ruang tamu kami menjadi mengerti cikal bakal dan sejarah berdirinya Rajendra Farm. Sebuah kawasan peternakan berkonsep eduwisata, camping ground, amphitheater, outbound, kuliner, seni budaya lokal, social-entrepreneur, green-economy dan pemberdayaan masyarakat. Atas permintaan bu Sri, kami bertiga diminta menikmati sajian makan dengan lauk tongseng daging dan gulai kepala kambing yang telah tersedia di ruang makan.

Rasanya mak nyuss dengan paduan bumbu yang berbeda dengan masakan sejenis di Jawa.

Saya icipi kedua jenis masakan yang disajikan tanpa nasi. Sebab kami bertiga sudah maksi di pabrik sebelum berangkat ke sini. Saya memberanikan diri bertanya kepada bu Sri, istri pak Bambang yang asli Sentolo dan telah menemani hidup berkeluarga lebih dari 50 tahun.

“Raose mantep bu, kadose diparingi bumbu rempah-rempah sik mboten wonten teng mriki (Rasanya mantap bu, sepertinya diberi bumbu yang tidak lazim disini)”, tanya saya sambil mengingat jenis masakan sejenis yang pernah saya makan.

_”Niku dibumboni sak isine bumbu pawon, waton brak-bruk dilebetke sedanten (itu dibumbui seisi bumbu dapur, asal dimasukkan semua)”_, jawab bu Sri bercanda.

_“Kulo nyesuaikke selerane tiyang Singapura, khususe ngagem rempah-rempah Hindia (Saya menyesuaikan selera orang Singapura, khususnya memakai rempah-rempah Hindia)”_ bu Sri menjelaskan lebih lanjut.

Saya menjadi teringat salah satu sajian tatkala menghadiri undangan Pertubuhan Kebangsaan Melayu Singapura (Singapore Malay National Organisation) tahun 2005. Sebuah organisasi berkumpulnya berbagai komunitas Muslim Melayu di negara Singapura. Kalau tidak salah ingat, komunitas PCIM (Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah) juga ada di dalamnya.

Rajendra Farm telah bekerjasama puluhan tahun dengan komunitas muslim Singapura. Terutama saat Idul Adha tiba. Ribuan kambing dan domba kurban komunitas muslim Singapura dilaksanakan dan disebarkan melalui Rajendra Farm bagi masyarakat Kulonprogo dan warga sekitarnya. Sebuah kerjasama pendistribusian hewan dan daging kurban ke masyarakat yang lebih membutuhkan protein hewani.

Seiring perkembangan waktu, Rajendra farm memproduksi tongseng dan gulai kambing dalam bentuk kemasan kaleng. Produksinya diekspor ke Singapura dalam bentuk olahan yang lebih higienis, memiliki expired date lebih lama serta mudah dalam pengiriman. Berkurban merupakan salah satu ibadah yang rajin dilaksanakan oleh warga muslim Singapura. Tetapi mengingat UU dan peraturan yang ketat terkait penyembelihan hewan di negeri Singa itu, membuat mereka memilih melaksanakan ibadah kurban di Indonesia.

Komunitas muslim Singapura mengumpulkan dana lalu menyerahkannya pada perusahaan yang mengurusi kurban atau yayasan dan organisasi Islam yang mengelola hewan kurban. Muqarib (orang yang berkurban), perusahaan, peternak warga lokal dan sekitarnya sama-sama diuntungkan. Warga muslim Singapura dimudahkan dalam beribadah kurban, peternak lokal terbantu karena domba dan kambing dipelihara, dipotong dan diproduksi dalam bentuk kemasan di Kulonprogo. Sebuah sinergi bagi usaha kecil dan menengah sektor peternakan yang saling menguntungkan.

Dari silaturahmi ke Rajendra Farm, setidaknya kami mendapatkan beberapa “materi pengajian” berupa ilmu, pengalaman dan peluang untuk melakukan kerjasama di bidang budi daya domba dan kambing bagi teman-teman UMKM bidang Pangan, khususnya sektor peternakan.

_Pertama, memulai usaha tidak dibatasi usia._

Pak Bambang memulai usaha di usia 56 tahun, tatkala memasuki usia pensiun sebagai PNS. Sejak tahun 2001, beliau kembali ke desa kelahiran “Bali Ndeso, Bangun Deso”untuk merintis usaha peternakan domba dan kambing. Sudah 23 tahun Rajendra Farm berdiri dan telah menampakkan hasil yang luar biasa bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat.

 

_Kedua, fokus serta menikmati proses dengan tekun dan sabar._

Tidak ada bisnis yang tiba-tiba bisa menjadi besar. Semua dimulai dari skala yang kecil, fokus pada bidang yang digeluti, serta sabar dan tekun menjalani usaha yang telah dirintis.

 

_Ketiga_, jujur dan fairness._

Kejujuran merupakan nilai dasar dari sebuah perniagaan, apapun jenis perniagaan itu. Dengan jujur usahanya akan mujur, dengan kejujuran akan mampu bersikap fairness (adil, proporsional, terbuka) dengan mitra bisnis. Sikap jujur dan fairness akan membentuk sikap amanah serta perilaku bisnis yang “trust” alias al-amiin (dapat dipercaya).

 

_Keempat, social entrepreneur dan ekonomi berjamaah._

Berburu keuntungan dalam perniagaan tidak harus berwatak kapitalis dan liberalis yang hanya berorientasi keuntungan material (profit) semata. Dengan melaksanakan usaha yang dilandasi nilai-nilai agama dan bersifat sosial, kearifan lokal, gotong-royong, berjamaah maka kita dapat memberikan manfaat (benefit) kepada masyarakat dan komunitas sekitar. Adapun keuntungan (profit) hanyalah bersifat impact positif yang mengiringi.

 

Pepunden Jawa mengajarkan “goleko jeneng, mongko jenange melu katut (carilah “nama” maka “bubur” akan mengikuti)”. Berbanding terbalik dengan doktrin bisnis kapitalisme “low cost high profit”. Kewirausahaan sosial dan ekonomi syariah mengajarkan nilai-nilai kejujuran, keadilan dan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat.

 

_Kelima, membangun jejaring dalam kebaikan_.

Guru kami pernah mengajarkan 5 syarat pentahapan untuk membangun jejaring (networking) yang maslahah. Yaitu ta’aruf (saling mengenal), tafahum (saling memahami), taawun (saling memberi, bekerjasama), takaful (saling melindungi, mengayomi) dan itsar (mendahulukan kepentingan orang lain daripada diri sendiri).

 

Terimakasih pak Bambang dan ibu Sri beserta keluarga besar Rajendra Farm. Maturnuwun “lungguh, gupuh, suguh”-nya kepada kami, juga oleh-olehnya Tongseng Kambing kemasan kaleng 200 gram. Semoga usahanya berkembang, semakin besar dan semakin berkah manfaat buat keluarga, umat dan masyarakat.

 

_Pagersari 14 September 2024_.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *