#12-BelajarBudidayaKlanceng
Khafid Sirotudin
Meski secara ilmu istilah lebah berbeda dengan tawon, tapi secara awam kebanyakan masyarakat Jawa menyebut serangga satu ini sebagai ‘tawon’. Baik yang menghasilkan madu (lebah) maupun yang tidak menghasilkan madu (tawon). Apa yang ada di benak ketika mendengar kata lebah (Jawa : tawon)? Kebanyakan kita pasti akan membayangkan dan berpikir ‘seram’ bahwa lebah itu menyengat, berbahaya, bisa mematikan orang jika disengat. Apalagi sempat viral di beberapa media beberapa waktu lalu adanya korban meninggal akibat disengat koloni tawon vespa (Jawa : tawon ndhas).
Pada Pelatihan Dasar Budidaya Klanceng di Sragi kabupaten Pekalongan Januari lalu, salah seorang peserta yang kebetulan sebagai relawan BPBD menyampaikan baru saja membumi- hanguskan sarang tawon di salah satu desa setelah ada korban meninggal dunia akibat sengatan tawon vespa. Dan berbagai cerita terkait ancaman dan resiko sengatan tawon. Namun hampir semua orang apapun suku, ras dan agama yang dianut, mengamini dan mengakui khasiat dan manfaat madu sebagai ‘syifa’ (obat) ataupun suplemen bagi kesehatan dan kebugaran badan. Sebagian kecil justru memanfaatkan ‘antup’ (venom, enzim ‘bisa’ lebah) dari koloni lebah Apis mellifera untuk terapi penyembuhan berbagai penyakit. Salah satu layanan unit Apiari Pramuka, lembaga pegiat budidaya lebah madu Apis mellifera sejak 1971.
Lebah madu
Untuk memahami secara mudah tentang lebah, maka kami sampaikan beberapa pointer sebagai berikut :
Pertama, ada 2 jenis lebah penghasil madu yaitu jenis Apis sp. (bersengat/sting-bee) dan Trigona sp. (lebah tanpa sengat/stingless-bee). Masing-masing jenis lebah memiliki genus/spesies/sub spesies/strain yang beragam. Lebah Trigona sp. atau lebah tanpa sengat ini dikenal dengan sebutan Klanceng/Lanceng (Jawa), Teuweul (Sunda), Linot (Aceh), Kelulut (Kalimantan/Malaysia) dan beragam sebutan lokal (local genius) lain. Tidak kurang ada 40-an sebutan di berbagai daerah se Indonesia.
Kedua, lebah klanceng memiliki sekurangnya 14 genus dan 70-an jenis (spesies/sub spesies) yang hidup di wilayah nusantara, terbentang dari Aceh sampai Papua. Kami bersyukur diberi rejeki oleh Allah Swt. berupa kesempatan berkunjung ke 30 provinsi dan 100 lebih kabupaten/kota se Indonesia.
Ketiga, klanceng termasuk hewan purba yang masih hidup hingga sekarang. Dan sebagai anak bangsa kita patut bersyukur bahwa wilayah nusantara dianugerahi Tuhan memiliki alam yang ditempati oleh spesies klanceng terbanyak se Dunia disamping Brazil.
Keempat, Klanceng itu aman. karena tidak memiliki sengat, maka memelihara klanceng relatif aman. Aman buat kita, aman buat keluarga terutama anak-anak, aman untuk lingkungan dimana kita bertempat tinggal sambil memelihara koloni klanceng. Tentu saja memelihara hewan apapun membutuhkan ilmu, ketrampilan dan pengalaman. Begitu juga memelihara lebah Apis mellifera dan klanceng. Hewan piaraan seperti anjing, kucing, macan dan ular-pun bisa jinak jika kita pelihara dengan penuh pengkhidmatan. Padahal hewan piaraan ini bisa mencakar, menggigit dan ‘berbahaya’ bagi orang lain. Ayam dan angsapun bisa ‘nladung’ (Jawa: menyerang) jika merasa terusik dan terancam kehidupannya.
Bagaimana dengan klanceng? Insha Allah klanceng aman buat semuanya. Asalkan kita memelihara penuh perhatian, didekati dan “disapa” secara teratur minimal 5-7 hari sekali, merekapun akan ‘mbendoro’ (akrab, wellcome) dengan kita. Semua laku sosial ekonomi berkeadaban, termasuk memelihara hewan, sangat membutuhkan sikap dan tindakan yang baik (amal shalih) dalam menjalaninya.
Kita harus membiasakan diri berbuat baik dengan siapapun makhluk Tuhan. Tak terkecuali koloni klanceng yang dipelihara di pekarangan dan halaman rumah kita. “Ala bisa karena biasa”, begitu salah satu ungkapan bijak yang pernah kita dengar. Mari kita niati, nikmati proses dan menjaga semangat budidaya (amal budi+budaya) klanceng. Semoga dengan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, kita bisa mendapatkan hikmah dan nikmat rejeki berlimpah dari berbagai arah.
Akhir kata, memelihara klanceng di teras/halaman/pekarangan rumah itu mudah, murah, manfaat dan aman. Sudahkan minum madu klanceng hari ini ? Wallahu’alam.
Pagersari, 5 Maret 2022
*) Founder HIBTAKI, Pembudidaya Klanceng, Pemerhati Pangan.