LATSAR BUDIDAYA KLANCENG WONOSOBO

Hujan rintik-rintik di pagi hari mengiringi perjalanan kami menuju Wonosobo dari Weleri. Kami bertiga dengan Rifqi dan Suyanto praktisi klanceng selama10 tahun dari Temanggung, direncanakan berbagi pengalaman pada Pelatihan Dasar Budidaya Klanceng. Kegiatan ini merupakan inisisasi Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Wonosobo, hasil kolaborasi program dan aksi Majlis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) dengan Lembaga Amil Zakat Infaq Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMu). Bekerjasama dengan HIBTAKI, organisasi dan forum yang berkhidmat secara khusus dalam pengembangan budidaya lebah tanpa sengat (stingless-bee, Jawa: klanceng) di Indonesia.

Peserta Membludak

Sebagaimana pembicaraan awal kami dengan Ketua PDM Wonosobo, biasanya untuk satu kelas pelatihan dasar budidaya klanceng yang kami selenggarakan diikuti maksimal 30 peserta. Selain alasan efektifitas dalam proses belajar mengajar, juga penyediaan start up stup koloni klanceng standar budidaya bagi peserta tidak bisa _’dadakan’_. Mengingat penyediaan bibit klanceng masih mengandalkan pasokan dari jaringan pembudidaya yang kapasitasnya masih belum besar. Kalau sekedar asal koloni klanceng barangkali kami mudah untuk mendapatkan pasokan dari berbagai daerah. Namun stup koloni klanceng yang memenuhi persyaratan standar budidaya harus kami pastikan _’sanad’_ dan _’matan’_ nya.

Kualitas dan kuantitas koloni klanceng merupakan salah satu faktor utama keberhasilan budidaya. Selain ketersediaan vegetasi/tanaman sumber pakan klanceng dan ketrampilan SDM peternak. Maka pelatihan dasar budidaya klanceng merupakan wahana untuk memberikan pengetahuan bagi pembudidaya yang minimal sudah memiliki kemauan beternak klanceng. Mengapa hal ini kami tekankan, karena fakta di lapangan kebanyakan masyarakat belum menjadi honey-lover, pribadi yang setiap hari minum sesendok madu. Selain itu kebanyakan peserta pelatihan belum memiliki tanaman penghasil pakan lebah (Nektar-Polen-Resin/NPR) yang cukup memadai bagi koloni klanceng yang mau dipelihara.

Ketersediaan tanaman pakan klanceng berbanding lurus dengan jumlah stup koloni yang mau dibudidayakan. Agar terjamin pakan lebah yang mencukupi standar budidaya dan berkelanjutan. Beruntung koloni klanceng relatif sedikit membutuhkan asupan pakan dibanding lebah _Apis cerana_ atau _Apis mellifera_. Sehingga budidaya klanceng menjadi alternatif yang mudah, murah dan berkah dipelihara di teras, pekarangan dan halaman rumah. Asalkan beragam tanaman penghasil NPR yang berada di radius terbang klanceng tersedia (100-200 meter) dari penempatan koloni, insya Allah keberhasilan budidaya lebih terjamin.

Jumlah peserta pelatihan dasar hari ini diluar dugaan panitia. Ada 48 orang tertera dalam daftar absensi. Itupun panitia terpaksa menolak keinginan puluhan orang yang ingin mengikuti pelatihan. Dengan bijaksana pak Bambang Wen, Ketua PDM Wonosobo menjanjikan pelatihan tahap 2 jika nantinya ada 30 orang yang berminat. Ke 48 orang peserta nantinya akan menerima start-up masing-masing 2 stup dari 100 stup klanceng standar budidaya yang sudah kami siapkan 2-4 pekan sebelum pelatihan. Sebenarnya untuk start-up yang ideal per orang antara 3-5 stup.

Kurikulum pelatihan dasar budidaya klanceng HIBTAKI yang kami selenggarakan meliputi 3 materi (teori dasar) dan 1 materi praktek. Masing-masing materi 1,5 jam pembelajaran. Total waktu yang dibutuhkan 6 jam sehari. Jika pelatihan dimulai jam 09.00, maka akan selesai jam 16.00 diselingi ishoma (istirahat-sholat-makan) 1 jam.

Pelatihan di Wonosobo selesai jam 17.15 menjelang maghrib. Antusias dan banyaknya pertanyaan dari peserta di setiap sessi membuat para mentor memperpanjang waktu. 3 sessi dilaksanakan di ruang tertutup aula lantai 2 PDM Wonosobo. Dan sessi praktek dilaksanakan di halaman lantai 1 yang luas dipayungi atap semacam carport solartab yang terlihat baru.

Pelatihan ditutup oleh Ketua PDM Wonosobo, dilanjutkan pembagian start-up koloni klanceng kepada 3 perwakilan peserta. Masing-masing diserahkan oleh Ketua PDM, Ketua MPM PDM dan Manager LAZISMu Wonosobo.

_*Follow-up Pelatihan*_

Keberhasilan pelatihan sangat ditentukan tindak lanjut pasca pelatihan itu sendiri. Niat, tekad dan usaha sungguh-sungguh peserta untuk mempraktekkan ilmu yang diperoleh selama pelatihan musti didukung dengan pendampingan dari berbagai pihak yang terlibat. Maka MPM PDM Wonosobo, LAZISMu dan HIBTAKI akan mendampingi alumni pelatihan, setidaknya dalam jangka waktu 1 tahun.

Melalui WA group, silaturahmi dan kelanjutan pelatihan bisa dilaksanakan secara baik. Alumni pelatihan bisa sharing, saling asah-asih-asuh selama budidaya klanceng. Beragam masalah yang ditemui di lapangan bisa ditangani secara cepat dan tepat. Apalagi jika para alumni pelatihan membuat AUM baru Kelompok Tani/Ternak Klanceng atau Majlis Taklim Klancengiyah sebagai sarana pengajian bulanan atau _’selapanan’_ (35 hari), wadah silaturahmi sekaligus belajar hal ihwal budidaya klanceng. Insya Allah kami, para mentor pelatihan siap menghadiri secara langsung bilamana dibutuhkan.

Program yang dijalankan PDM Wonosobo ini patut ditiru oleh PDM, Kelompok Tani dan Ormas lain yang memiliki kepedulian dan konsentrasi dalam pemberdayaan masyarakat. Apalagi dari penuturan om Priyo, Ketua MPM PDM Wonosobo, program ini akan diintegrasikan dengan program Pelatihan Budidaya Alpukat bagi petani warga binaan Muhammadiyah yang akan dilaksanakan pekan depan. Sebuah program integratif MPM yang menurut kami sangat luar biasa. Fokus, sinergi, integral berkemajuan. Selamat dan sukses untuk PDM Wonosobo. Teruslah berbuat dan berbakti untuk bangsa dan negara. No tree, no bee, no honey, no healthy, no life.
Wallahu’alam

_Weleri, 28 November 2021_
*) Pemerhati Pangan, Founder HIBTAKI, Ketua LHKP-PWM Jateng.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *