KOLONI ITAMA DAN PREDATOR

#31-BelajarBudidayaKlanceng

Khafid Sirotudin

Sepulang dari lawatan ke Makasar selama 4 hari, sebagaimana kebiasaan selama ini, kami mengamati satu per satu kondisi stup klanceng yang kami pelihara di halaman depan rumah. Ada 9 stup log dan kotak kayu dari 5 jenis klanceng. Salah satunya spesies H. itama yang kami tempatkan di bawah pohon sawo.

Kami perhatikan beberapa saat lalu lalang klanceng pekerja yang keluar masuk sarang melalui corong masin-masing stup. Kami curiga dan was-was, setelah melihat tidak adanya koloni itama yang keluar masuk stup. Padahal koloni H. itama itu sudah kami pelihara selama 21 bulan sejak 19 November 2020, sesuai label yang menempel pada toping box.

Sudah beberapa kali kami memanen madu dari stup log tersebut. Beberapa tamu dan saudara yang datang ke rumah seringkali kami suguhkan pengalaman sedot madu klanceng langsung dari topping-box yang ada. Apalagi koloni H. itama yang kami pelihara itu sudah sangat ‘jinak’.

Kami buka topping box sambil disoroti lampu senter dari handphone. Terlihat hanya beberapa ekor yang lalu lalang, tidak lebih 10 ekor. Kami letakkan senter HP hingga 1-2 menit. Tidak nampak tanda-tanda itama dalam log yang naik ke atas. Sebagaimana biasa terjadi, jika koloni sedang sibuk di dalam sarang/log, apabila lampu senter diarahkan ke lubang topping box maka hanya dalam 10-20 detik koloni itama akan naik ke topping memperlihatkan diri mengejar cahaya terang. Tapi kali ini tidak terjadi meski sudah 2 menit terlewati.

Keesokan paginya kami perhatikan lagi aktivitas H. itama dari corong pintu log. Tidak terlihat tanda aktivitas klanceng pekerja keluar sarang. Hanya seekor saja yang terdiam di depan corong. Kami buka lagi topping box untuk memastikan kondisi koloni. Hanya seekor yang terlihat dan itupun klanceng pejantan yang sudah berumur. Maka kami berkesimpulan bahwa koloni sudah kabur atau habis dimangsa predator. Dan kemungkinan besar ratu-pun ikut kabur. Akhirnya stup log kami ambil dan dipindahkan ke belakang rumah untuk verifikasi selama 2 hari. Guna memastikan apakah ratu koloni masih ada di dalam log. Rupanya harapan itu sirna setelah 2 malam berturut-turut kami check tidak terdengar dengungan ‘suara kibasan sayap’ yang khas. Akhirnya kami lakukan pemanenan madu H. itama dari topping box yang ditinggal kabur penghuninya. Alhamdulillah masih mendapat 300-ml madu klanceng itama (hampir 400 gram).

 

 

Waspadai predator

Kejadian yang menimpa kali ini bukanlah yang pertama. Kami pernah kehilangan puluhan koloni H. itama di lokasi lain dengan berbagai sebab. Ada yang diserang/diambil alih koloni klanceng T. laeviceps, terkena hama, dimangsa predator, dan sebagainya. Untuk kasus koloni itama sekarang, kami menduga predator bunglon (ada juga yang menyebut kadal turki atau kadal persi) sebagai biangnya. Setelah kami menangkap 1 ekor di pohon sawo yang selama ini menjadi tanaman peneduh koloni yang kabur, serta 3 ekor lain yang berada di tanaman AMP dan bunga bougenvil milik tetangga sebelah rumah.

 

Sekedar diketahui bahwa seekor bunglon sebesar jempol jari kita mampu memakan 20-30 ekor klanceng sehari. Jika kita lalai dan abai tidak menangkapnya, maka 4 ekor bunglon mampu memakan 80-120 ekor klanceng sehari. Jika sepekan terjadi, bisa menghabiskan 1 stup koloni klanceng yang kita pelihara. Begitu pula dengan predator yang lain, misal cicak, tokek, katak dan kadal. Seekor cicak dewasa mampu memakan 5-7 ekor klanceng T. biroi/laeviceps kesukaannya. Apalagi seekor tokek dan seekor burung sriti. Yang paling sedikit memangsa klanceng yaitu capung (Jawa: kinjeng) dan laba-laba.

 

Pada sessi Pelatihan Dasar Budidaya Klanceng yang kami adakan, terkait keberadaan predator alami ini selalu kami tekankan. Jangan dianggap remeh namun juga jangan disikapi berlebihan. Betapapun kehadiran berbagai predator di halaman rumah kita menjadi sebuah keniscayaan. Berbanding lurus dengan banyaknya kupu-kupu beragam warna, aneka capung, puluhan jenis tawon dan kumbang yang makin membuat indahnya pemandangan di halaman rumah kita.

 

 

Resiko beternak lebah

Selain madu, bee-bread dan raw propolis yang bisa kita ambil manfaat dan keuntungan dari budidaya klanceng, tentu kita harus sadar bahwa pasti ada resiko spesifik yang melingkupi setiap usaha ekonomi. Tidak terkecuali ketika kita melakukan budidaya klanceng.

 

Kami jamin pasti menyesatkan apabila ada seseorang atau perusahaan (PT/CV/Koperasi) yang menyatakan bahwa: “beternak klanceng tidak ada resiko kerugian usaha maupun kehilangan koloni akibat berbagai sebab”. Mengapa hal ini perlu kami sampaikan ke publik. Karena sudah terlalu banyak korban ‘iming-iming’ investasi yang menggunakan budidaya klanceng sebagai sarana pemikat masyarakat. Berbagai postingan, informasi dan selebaran ‘dhaif’ disebar di medsos, jaringan pemasaran dan beragam pertemuan bisnis mereka. Kami hanya hendak menyampaikan ke masyarakat bahwa: “setiap investasi apapun pasti memiliki 3 kemungkinan”. Yaitu untung, rugi dan ‘bak-buk’ (tidak untung/tidak rugi).

 

Selain itu, investasi di sektor pertanian dan peternakan, pasti memiliki ‘tingkat keuntungan’ yang terukur/measurable, ‘tinemu nalar’ (sesuai logika/akal sehat) dan wajar. Hal yang mustahil, investasi peternakan klanceng mampu menghasilkan profit 10-20 persen setiap bulan (30-40% per triwulan) tanpa masa tenggat produksi. Apalagi diimingi dengan kalimat sakti: ‘investasi tanpa resiko rugi’, tidak perlu berkeringat hasil pasti didapat dan berbagai ‘pehape/pemanis bibir’ dari para pemburu rente bisnis klanceng. Ingat kata-kata ‘slengekan’ namun bijak yang tertulis di salah satu kaos produksi Jogger Bali: “Waspada itu Indah, Curiga itu Payah”.

 

Sudahkah kita minum sesendok madu klanceng hari ini?

No-Tree, No-Bee, No-Honey, No-Healthy, No-Money.

Wallahu ‘alam.

 

 

Weleri, 24 Juni 2022

*) Pemerhati Pangan, Founder HIBTAKI, Pembudidaya Klanceng ‌

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *