Di Balik Kebakaran Pasar Weleri

KAMIS, 12 November 2020, pukul 21.15 kami baca sekilas informasi di WA Group Masjid An-Nur Weleri.

Pasar Weleri I terbakar. Astaghfirullah al-Adzim. Kami hubungi Doni dan Yayak, relawan MDMC Weleri yang biasa mangkal di Muhammadiyah Dakwah Center (MDC) Weleri.

“Apakah betul Pasar Weleri terbakar?” tanya saya.

Tak kurang 30 detik, mereka berdua menjawab kompak melalui WA pribadi. “Nggih. Ya terbakar,” jawab mereka berdua hampir beriringan.

Langsung terbayang bagaimana nasib kios dan los milik ibu kami, Hj Mubayanah (82 th) yang berjualan pakaian di Pasar Weleri sejak 1967.

Bagaimana pula nasib ribuan kios dan los pasar milik saudara, teman, dan pedagang lain yang hampir sebagian besar kami kenal dekat secara pribadi.

Pasar Weleri I, dikenal juga sebagai Pasar Weleri Induk, merupakan pasar tradisional terbesar di Kabupaten Kendal.

Berdiri sejak zaman Orde Lama, tahun 1960-an.

Letaknya strategis di tengah kota dan di pinggir jalan nasional.

Hanya berjarak 50 meter dengan Stasiun Kereta Api Weleri.

Malam itu kami baru selesai pertemuan dengan beberapa teman LHKP PWM Jateng di Solo.

Dengan sedikit tergesa, kami put pamit pulang, tanpa memberitahu kejadian sebenarnya.

Yang terbayang di pikiran kami saat itu adalah wajah ibu kami dan ribuan pedagang pasar yang kehilangan harta bendanya.

Pukul 22.00 WIB lebih sedikit kami memasuki pintu tol Boyolali.

Gerimis hujan mengiringi kami menyetir mobil sendirian sepanjang perjalanan jalan tol Trans Jawa.

Kami sekuat tenaga mengendalikan emosi dan pikiran sambil sebisa mungkin menyebut asma Allah dan bershalawat nabi.

Subhanallah wal hamdulillahi wa lailaha illa Allah wa Allahu Akbar. Allahumma shali ala nabiyyina Muhammad.

Kami sempat istirahat sejenak di rest area Ungaran.

Alhamdulillah bisa sedikit lega setelah terhubung dengan Azis salah satu adik kami yang sedang berjuang menyelamatkan dagangan dari kios milik ibu kami.

Ditemani dua adik kami lainnya dan dya anak kami, Ossa dan Zaka.

Sebotol air mineral dan sebatang rokok sedikit membantu menenangkan emosi jiwa.

Kami melanjutkan perjalanan malam itu dan tiba di depan Pasar Weleri yang tengah terbakar, Jumat dinihari, pukul 00.15 WIB.

Mobil kami parkir persis di samping mobil ambulans LazisMu Weleri yang sudah stand-by dengan puluhan relawan MDMC Weleri.

Jumat Keramat

Kepanikan pedagang pasar sangat terlihat nyata.

Berpadu dengan masyarakat yang ingin melihat dari dekat kebakaran pasar dan sangat menyusahkan armada damkar memasuki kawasan pasar.

Bantuan dua unit mobil damkar dari Pemkot Semarang dan satu unit dari Pemkab Batang membantu upaya pemadaman.

Dari Pemkab Kendal sendiri hanya satu unit yang biasa disiagakan di halaman kantor Kecamatan Weleri.

Satu unit lainnya tidak dapat beroperasi karena rusak.

Kami menjadi saksi bagaimana peran serta relawan MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Center) Kendal yang sudah terlatih dalam penanganan bencana.

Mereka berjibaku membantu tim damkar mengatasi kebakaran pasar.

Mereka membagi tugas, sebagian personel untuk memandu dan menjaga sumber air yang paling dekat dengan lokasi kebakaran, yaitu sungai di dekat PLN Weleri dan samping SD Penaruban Weleri.

Sebagian personel mengatur arus lalu lintas keluar masuk mobil damkar bersinergi dengan personel dari BPBD Kendal dan kelompok relawan lain.

Terdapat puluhan relawan MDMC yang bertugas membantu pedagang menyelamatkan barang dagangan dari dalam pasar.

Bahkan ada yang menangkap dua oknum “pengutil” yang sedang mengambil barang dagangan yang bukan miliknya.

Sudah biasa terjadi adanya oknum yang memanfaatkan situasi kepanikan di lingkungan pasar yang terbakar.

Suasana gelap akibat jaringan listrik di dalam dan sekitar pasar Weleri sengaja dimatikan oleh PLN untuk menghindari korban tersetrum aliran listrik.

Kami juga melihat bagaimana hidran air di halaman Pasar Weleri tidak berfungsi dengan baik.

Debit air yang keluar sangat jauh untuk memenuhi kebutuhan air baku mobil damkar yang beroperasi saat itu.

Kami menyaksikan bagaimana enam akses pintu masuk pasar terpaksa dijebol agar tim damkar bisa mendekat ke sumber api dan menjadi akses jalan bagi sebagian pedagang untuk menyelamatkan barang dagangan.

Kami tidak tahu siapa yang seharusnya bertanggung jawab dan membawa kunci gembok pintu Pasar Weleri.

Berdasarkan hitungan waktu sejak titik awal api diketahui, tidak sampai empat jam 1.200-an los dan ratusan kios pasar lantai 1 dan 2 hangus terbakar.

Tiupan angin yang kencang semakin mempercepat meluasnya area kebakaran.

Hujan gerimis tak mampu membantu menahan cepatnya los pasar terbakar.

Malam Jumat yang benar-benar keramat.
Yang masih kami syukuri yaitu tidak adanya korban jiwa meninggal dunia dalam musibah kebakaran ini.

Meski begitu kami sangat prihatin dengan nasib dan kerugian yang dialami pedagang.

Perkiraan kasar kami Rp 150 miliar lebih harta benda milik pedagang musnah.

Ikut pula terbakar, ratusan kaleng komplongan infak S3 (Sehari Seribu Rupiah) program Lazisnu Weleri yang dititipkan di lapak-lapak pedagang.

Serta ratusan kios dan los milik para Muzakki Badan Pelaksana Urusan Zakat Muhammadiyah (Bapelurzam/sekarang Lazismu) yang sejak 1979 istikamah menunaikan zakat.

Belum lagi kerugian immaterial yang diderita pedagang dan keluarganya pasca kebakaran pasar terjadi.

Berdasarkan data pasien rawat jalan kesehatan jiwa RSI Muhammadiyah Kendal di Weleri, terjadi peningkatan tajam jumlah pasien pasca kebakaran pasar hingga dua bulan setelahnya.

Sebelum terjadi kebakaran, setiap hari rata-rata jumlah pasien hanya berkisar di angka 40-50an orang.

Tapi setelah musibah kebakaran pasar meningkat menjadi 90-110 orang pasien dalam sehari.

Kami tidak tahu adakah korelasi meningkatnya jumlah pasien gangguan jiwa dengan kebakaran Pasar Weleri.

Atau disebabkan pandemi Covid-19 yang sudah berjalan sejak Maret 2020 dan sangat berpengaruh terhadap pendapatan pedagang pasar Weleri.

Solidaritas Mengalir

Jumat pagi, 13 November 2020 kami sempat bertemu HM Widodo, pemilik toko Salamsari di lantai 2 pasar.

Kami berangkulan haru menahan tangis di depan tokonya yang terbakar habis, disaksikan beberapa anaknya yang ikut mendampingi.

Dia adalah salah satu pedagang korban kebakaran yang paling banyak menanggung kerugian.

Perkiraan kami senilai Rp 6 miliar dagangan musnah dari toko buku dan alat tulis Salamsari saja.

Belum termasuk dagangan di 6 kios miliknya yang berada di lantai bawah.

Keenam kios menjual aneka plastik, mika, dan kardus packing makanan, serta aneka bahan baku produk makanan dan minuman.

HM Widodo adalah profil pedagang Pasar Weleri yang andal.

Beliau sempat membersamai kami menjadi salah satu pengurus Hapsari (Himpunan Pedagang Pasar Weleri) 1997-2002 dan Wakil Bendahara PDPM Kendal, 1999-2004.

Kumandang adzan Subuh saat itu terdengar jelas dari mushola Al-Falah (dikenal “Mushola Klenteng” karena berada di depan Klenteng Weleri) dan menyatu dengan TK ABA Ar-Rahmah (dulu MI Muhammadiyah tempat sekolah kami).

Jaraknya hanya 100 meter dari Pasar Weleri I. Tim relawan bergantian melaksanakan sholat subuh.

Beruntung di mobil kami membawa beberapa kaus, baju bersih, dan selembar sarung untuk dipakai shalat.

Banyak relawan yang pakaiannya kotor dan basah terkena air semalaman.

Pukul 06.00 pagi Tim Jumat Berkah PCPM Weleri membawa 300 nasi bungkus dan minuman hangat untuk dibagikan kepada tim damkar, aparat dan petugas, relawan, serta masyarakat yang bekerja membantu di lapangan.

Sebanyak 100 pack makanan tambahan dari outlet Nasi Kuning Mringin milik istri diantar ke kami.

Ada beberapa dos air mineral dan minuman hangat dalam “water jug” dari dermawan ikut melengkapi logistik “posko lapangan” pada mobil MDMC-Lazismu yang diparkir pinggir jalan depan pasar.

Jumat Berkah adalah program filantropi AMM Weleri sejak 25 Desember 2015.

Setiap Jumat bakda Subuh, adik-adik AMM Weleri keliling kota Weleri dengan mobil Lazismu untuk membagikan nasi bungkus dan minuman kepada warga yang membutuhkan.

Siapa pun yang ditemui dan membutuhkan diberi tanpa kecuali dan tanpa syarat apa pun.

Berikutnya kami juga menyaksikan aksi solidaritas dari puluhan anggota Banser GP Ansor dan Kokam PCPM Weleri yang ikut bergabung menjaga keamanan lokasi kebakaran.

Membantu aparat kepolisian melakukan penjagaan objek vital ekonomi yang terbakar.

Menjelang adzan Dhuhur kobaran api relatif berhasil dilokalisasi dan dipadamkan.

Beberapa titik api kecil di tengah pasar masih terlihat pada puing-puing sisa lapak dan los milik pedagang pasar.

Kebakaran relatif sudah dapat dikendalikan menjelang waktu Dhuhur tiba.

Tim damkar dari Pemkot Semarang pamitan pulang. Tim damkar Kendal dan Batang bisa istirahat sejenak untuk menunaikan jamaah Jum’at di masjid terdekat sambil menghimpun energi.

Setelah Jumatan, tiga unit mobil damkar dari Pemkab Kendal dan Pemkab Batang melakukan proses pendinginan lokasi kebakaran.

Banyaknya warga yang ingin melihat dari dekat cukup mengganggu proses pendinginan sehingga relawan dan aparat kepolisian harus menutup semua akses masuk halaman pasar.

Kami sempat menjumpai tiga orang yang bersikeras ingin masuk halaman pasar.

“Panjenengan bakulan menapa mbak, los pasar lantai pinten? (Anda jualan apa mbak dan di los lantai berapa)?” sapa kami.

“Rencang kula sadeyan iwak gereh teng lantai ngandap (teman saya jualan ikan asin di lantai bawah),” jawabnya.

Kami pun tersenyum mendengar jawaban tiga emak-emak itu. Sebab lapak tempat jualan pedagang basahan (daging, ikan, bumbon, dll) tempatnya di lantai 2 Pasar Weleri.

Setelah selfi mereka pun mau pergi dari depan halaman pasar. Selalu ada kelucuan dan hiburan di segala suasana.

Rencana Relokasi

Sekda Kendal melalui laman resmi Pemerintah Kabupaten Kendal menyatakan relokasi pedagang pasar secepatnya akan dilakukan pada awal 2021.

Sebuah pernyataan yang menghibur hati segenap pedagang mengingat Maret-April 2021 memasuki Ramadhan dan Idul Fitri.

Bulan berkah masa panen pedagang Pasar Weleri. Pedagang biasa menyebut “mremo poso karo bakdo (berdagang banyak penghasilan di bulan ramadhan dan lebaran”.

Sayang pernyataan resmi Sekda Kendal itu tidak dibarengi dengan realisasi dan aksi nyata pro rakyat.

Ramadhan dan Idul Fitri 2021 terlewati hingga setahun peristiwa kebakaran pasar terjadi (12 November 2020-12 November 2021).

Kata anak-anak milenial zaman now, Sekda Kendal hanya PHP (Pemberi Harapan Palsu).

Ada ungkapan “Perut lapar, pikiran dan iman bisa terkapar”. Pedagang dan keluarganya tentu tidak bisa menahan perut lapar berlama-lama sebagai akibat hilangnya pendapatan yang sudah puluhan tahun dijalani.

Sebanyak 1.800-an pedagang Pasar Weleri I tidak saja menjadi pribadi yang mandiri dalam memenuhi berbagai kebutuhan dan biaya makan sehari-hari.

Tetapi juga mandiri dalam membiayai sekolah anak-anak dan giat berderma tanpa pernah menerima dana BLT/Bansos selama Pandemi Covid-19.

Para pedagang Pasar Weleri telah lama berkontribusi secara nyata mengurangi pengangguran, menciptakan lapangan kerja, dan menggerakkan roda ekonomi daerah.

Sebesar 200 miliar rupiah lebih uang retribusi telah dibayarkan pedagang pasar di wilayah Weleri sejak 1997 hingga kebakaran pasar terjadi.

Uang itu menjadi kontribusi nyata bagi PAD (Pendapatan Asli Daerah) kabupaten Kendal.

Belum termasuk berbagai pajak daerah dan biaya pembaharuan “kartu kuning” (kartu kepemilikan kios/los pasar) yang setiap lima tahun musti dibayar.

Maka kami sangat senang ketika melihat semangat para pedagang korban kebakaran Pasar Weleri telah memulai lagi aktivitas berdagang.

Meski sebagian dari mereka harus menyewa kios dan tempat di sekitar stasiun, Pasar Weleri II dan pasar desa Penyangkringan.

Ada pula pedagang yang terpaksa membayar lapak dari oknum “Dinas Pasar Swasta”.

Sementara ratusan pedagang lain memanfaatkan teras rumahnya menjadi kios untuk berjualan.

Pemandangan ini tersebar di beberapa Kampung Kedonsari Desa Penyangkringan, Karangdowo, dan Penaruban.

Ibu kami dan ratusan pedagang “putihan” (garmen, pakaian) memilih berjualan di rumah.

SFH (Sale From Home), istilah baru yang masih kalah tenar dengan WFH (Work From Home) pada masa pandemi Covid-19.

Di tengah ketidakpastian kapan relokasi pedagang pasar dilakukan, Pemkab Kendal malah mengadakan pertemuan yang mengundang beberapa tokoh masyarakat dan beberapa orang pedagang pada November lalu.

Sebuah pertemuan dalam rangka uji publik penyusunan feasibility study (FS) dan Amdal untuk Renovasi Pasar Weleri I, Weleri II, dan Pasar Hasil Bumi Weleri.

Rencananya ketiga pasar akan dijadikan satu lokasi, berada di Pasar Hasil Bumi Weleri dan sekitarnya.

Sebuah langkah kebijakan publik yang sangat tidak bijaksana dan mengusik rasa keadilan pedagang dan keluarganya.

Maka bisa dipahami jika kemudian terjadi penolakan seiring isu yang terdengar santer bahwa kebakaran Pasar Weleri I sengaja dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

Sekadar menjadi pengetahuan bersama, HGB Pasar Weleri I yang dibangun oleh investor tahun 1995 akan berakhir pada tahun 2024.

Sejak awal 2020, isu adanya pemindahan pasar sudah mulai terdengar. Dinas Perdagangan Kabupaten Kendal melalui Kepala Pasar Weleri sudah “ngoyak-ngoyak” (mengejar-ejar) pedagang agar memperbaharui “Kartu Kuning”.

Barangkali ambruknya bangunan pasar sementara di lokasi Terminal Bus Bahurekso Weleri harus menjadi “tazkirah” (pengingat) bagi semua pihak.

Terminal bus yang dahulunya dibangun dengan menggusur bangunan SDN Pucangrejo dan sekarang berfungsi sebagai pangkalan truk dan halte bus Trans Semarang-Weleri.

Dua kali bangunan pasar sementara senilai Rp 3,6 miliar yang dikerjakan PT Aldila Kendal ambruk diterpa angin.

Kejadian pertama, Selasa 14 September 2021 dan kedua, Jumat 26 November 2021 lalu.

Masih beruntung bangunan konstruksi baja ringan dan galvalum itu belum dibagi dan ditempati 1.800-an pedagang korban kebakaran Pasar Weleri.

Menurut H Nuryadi, salah satu pengurus Paguyuban Pasar: “Bangunannya ringan sekali, sehingga mudah ambruk diterpa angin,” kelakarnya pada pertemuan dan ngopi bareng pengurus paguyuban dengan kami.

Pembangunan pasar sementara di kompleks terminal bus Bahurekso Weleri, tidak melibatkan partisipasi publik dari sebagian besar pedagang dalam perencanaannya.

Pedagang merasa perencanaan relokasi pasar kurang matang dan membuat trauma pedagang makin berkepanjangan.

Atau bisa jadi kejadian tersebut menjadi “pesan dari langit” atas terkabulnya doa tulus seorang pedagang yang merasa terdzalimi.

Pada sepertiga malam setiap hari, mereka selalu melafadzkan doa: “Ya Allah Rabb sekalian alam, mereka telah menunjukkan kekuasaannya, sekarang tunjukkan kepada kami Maha Kuasa-Mu”.

Membutuhkan Bantuan

Kamis malam Jumat, 9 Desember 2021 kami diundang pertemuan dan ngopi bareng oleh Camat Weleri Marwoto bersama Feri, Kepala Dinas Perdagangan Kendal, Iwan, Plh. Dinas Lingkungan Hidup, serta Pengurus Paguyuban Pasar Korban Kebakaran.

Tidak kurang 25 orang ikut hadir dalam pertemuan malam itu. Ada Ketua Paguyuban, Soewarno, suami dari pedagang pasar yang juga seorang Guru sekolah di Muallimin NU Weleri.

Ada Heru, Sekretaris paguyuban yang juga mantan Ketua PCPM Weleri, serta beberapa pengurus paguyuban dan Forkompimcab Weleri yang sudah kami kenal.

Berbagai informasi dari para pihak yang hadir disampaikan secara terbuka.

Pro dan kontra terkait rencana waktu relokasi, kualitas bangunan pasar penampungan sementara dan hasil pertemuan dengan Bupati Kendal disampaikan dalam forum.

Termasuk beberapa tuntutan pedagang yang mendasar antara lain Pasar Weleri segera dibangun kembali di tempat semula, serta kios dan los pasar dibagikan secara gratis.

Mereka juga membandingkan dengan apa yang pernah dilakukan Jokowi ketika menjadi Wali Kota Solo.

Pemkot Solo mampu membangun dan membagikan gratis kios dan los pasar tradisional kepada pedagang.

Dari pertemuan malam itu kami menjadi semakin mengerti keinginan berbagai kelompok pedagang Pasar Weleri I.

Begitu juga dengan keinginan Pemkab Kendal sebagaimana disampaikan Kepala Dinas Perdagangan, OPD yang memiliki wewenang mengatur dan mengelola seluruh pasar tradisional di Kabupaten Kendal.

Pedagang korban kebakaran Pasar Weleri I membutuhkan bantuan banyak pihak.

Mereka membutuhkan bantuan Komisi Informasi Publik (KIP) Jawa Tengah agar terungkap secara terbuka atas hasil penyelidikan uji forensik dari aparat berwajib terhadap penyebab kebakaran Pasar Weleri.

Apakah terdapat unsur kesengajaan ataukah disebabkan force majeur hubungan arus pendek listrik karena kabel yang digerogoti tikus pasar.

Para pedagang juga memerlukan uluran tangan dari kantor Ombudsman RI wilayah Jawa Tengah.

Sudahkah Pemkab Kendal menaati prosedur dan standar pelayanan kepada masyarakat.

Para pedagang dan keluarga pedagang juga membutuhkan bantuan akademisi dan kaum cerdik pandai dari PTN/PTS untuk melakukan audit teknik terhadap bangunan sementara pasar di terminal bus Bahurekso.

Juga audit teknik terhadap bangunan Pasar Weleri I yang masih berdiri dan tersisa.

Para pedagang juga sangat membutuhkan bantuan hukum dan pendampingan dari berbagai pihak yang berkompeten.

Ormas, OKP, LBH, Perbankan, Lembaga Filantropi, APPSI, DPRD, dan pihak lain yang mampu mengayomi, membangkitkan semangat serta menguatkan mental pedagang dan keluarganya untuk bangkit kembali membangun ekonomi di daerah.

#Save Pasar Weleri

Sehabis Jumatan di Masjid An-Nur Weleri, 9 Desember 2021, kami sempat menyambangi rekan-rekan yang berkumpul di depan MDC Weleri.

Mereka tergabung dalam Forum Pedagang dan Keluarga Pedagang Korban Kebakaran (FP-KPK) Pasar Weleri.

Kami selintas melihat Rizal, pedagang pasar yang mengalami kerugian Rp 600 juta.

Ada juga Ruli, menantu HM Widodo yang menjadi pengelola Toko Salamsari.

Serta puluhan aktivis pemuda yang kami kenal sebagai pedagang dan anak-anak pedagang Pasar Weleri I.

Siang itu FP-KPK Pasar Weleri mau mengadakan aksi di depan Pasar Weleri. Tagline yang diusung #SavePasarWeleri.

Mereka semua adalah anak-anak muda, bagian dari civil society, kelas menengah sosial yang mandiri secara ekonomi dan relatif berpendidikan tinggi.

Banyak di antaranya telah lulus menjadi sarjana atau sedang menyelesaikan S1 dan S2.

Mereka semua adalah aset bangsa, SDM daerah yang unggul. Mereka yang tergabung dalam FP-KPK merupakan pedagang pasar dan anak-anak pedagang korban kebakaran Pasar Weleri I.

Keterpanggilan jiwa sebagai pemuda anak bangsa yang patut diapresiasi oleh semua pihak.

Kebebasan berserikat dan menyampaikan pendapat di muka umum dijamin oleh konstitusi negara, UUD 1945.

Tidak dibenarkan Pemkab Kendal melakukan upaya-upaya pembungkaman terhadap suara masyarakat demi terwujudnya visi pembangunan Kabupaten Kendal yang Handal.

Biarkan masyarakat menyampaikan pendapat secara merdeka dan bertanggungjawab.

Kita harus memberikan ruang yang memadai bagi para pemuda pejuang pembangunan kembali Pasar Weleri I.

Kita harus memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada generasi muda penerus bangsa untuk bersinergi dengan paguyuban pedagang pasar dan berbagai kekuatan civil society lainnya.

Teruslah semangat memperjuangkan keadilan ekonomi di Kabupaten Kendal.

Pegang teguh norma agama dan taati hukum positif yang berlaku.

Jangan lupa pandemi Covid-19 belum selesai. Taati Prokes 5M dalam melakukan setiap aksimu.

Sekali layar terkembang, pantang surut ke belakang.
Merdeka…!!!

Wallahu’alam

Khafid Sirotudin, Pedagang Pasar Hasil Bumi Weleri, Sekretaris Hapsari 1997-2002, Ketua Caretaker APPSI (Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia) Kab. Kendal 2021-2022.

-https://www.suaramerdeka.com/opini/pr-042130958/di-balik-kebakaran-pasar-weleri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *