CORONG TERTUTUP

#01-BelajarBudidayaKlanceng

Khafid Sirotudin

Menarik mengikuti dialog, tanya jawab di beberapa Group WA ‘jam’iyyah klancengiyah’, baik alumni pelatihan dasar budidaya klanceng HIBTAKI maupun group WA pemulia lebah madu klanceng lainnya. Salah satunya tentang bentuk corong dan ‘kejadian’ terkait corong sarang klanceng. ‌

Sebagaimana kita tahu bahwa setiap jenis (genus/spesies/strain) klanceng memiliki model corong yang unik, khas dan berbeda. Misalnya Tetragonula sarawakensis, endemik klanceng dari Sarawak Malaysia/Kalimantan Barat memiliki bentuk dan model corong yang datar disertai pasir/tanah yang tertempel di sekitar pintu keluar sarang/stup.

Kali ini kita akan mengulas fakta adanya corong ‘tertutup’ yang dilakukan oleh koloni klanceng T. sarawakensis (lihat gambar foto terlampir). Kejadian semacam pernah dijumpai pula pada spesies Heterotrigona itama dan Tetragonula laeviceps dari ratusan stup klanceng bermacam jenis/spesies yang kami pelihara di beberapa lokasi.

Sependek pengalaman kami, koloni klanceng melakukan penutupan corong –lubang pintu satu-satunya keluar-masuk stup–, disebabkan oleh beberapa faktor faktual. Diantaranya sebagai berikut :

Pertama, koloni masih konsentrasi membangun insfrastruktur pertahanan di dalam stup. Kenyataan ini biasa terjadi pada fase awal pemindahan koloni dari alam (bumbung bambu/log kayu) ke kotak budidaya (stup) atau hasil splitting (pemekaran). Waktunya 1-5 hari setelah penempatan koloni baru di dalam stup.

Kedua, melindungi koloni dari predator. Terutama cicak dan tokek yang biasanya mendekat ke lubang corong di malam hari. Secara ‘instingtif’ klanceng memiliki sense of defense sebagai hidayah ilhami yang diberikan Allah Tuhan semesta alam.

Ketiga, koloni klanceng mengecil atau memiliki jumlah relatif kecil, yakni di bawah 100 ekor per stup. Namun Ratu Klanceng dan Klanceng Pejantan masih ada dan terlihat dari adanya Broodcells (jaringan pot telur) muda dan tua yang cukup memadai. Koloni klanceng akan menutup corong disaat petang menjelang malam, dan akan membuka kembali di saat fajar menyingsing.

Keempat, koloni klanceng sudah tidak memiliki ‘harapan hidup’ dan bersiap untuk mati bersama (harakiri) dalam kondisi ‘husnul khatimah berjamaah’ sesuai waktu yang ditentukan. Pada kondisi seperti ini di dalam stup sudah tidak ada lagi Ratu Klanceng dan Nir Klanceng Pejantan. Terlihat dari sangat minimnya Broodcells, bahkan tidak ada sama sekali.

 

Kelima, adanya cuaca ekstrim. Sebagai hewan yang hidup berkoloni, klanceng membutuhkan kehangatan dan kenyamanan di dalam sarang (rumah). Sebab koloni klanceng bekerja sepanjang waktu tanpa mengenal tidur/istirahat di dalam sarang/stup. Silakan diamati sendiri aktifitas koloni di malam atau dini hari.

 

“Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah : buatlah sarang di bukit-bukit (tanah/bebatuan), di pohon-pohon (kayu/bambu) dan di tempat-tempat yang dibikin manusia”

(Qs. An-Nahl : 68)

 

Ada pepatah mengatakan ‘Experience is the Best Teacher’, pengalaman adalah guru yang terbaik. Jangan pernah berhenti untuk berihtiar maksimal. Sebab bersyukur dan bersabar merupakan puncak akhlak seseorang. Mari nikmati hidup sebagai pemulia klanceng. Siapa tahu nanti di akhirat kelak ada ‘babu an-nahl’ pintu masuk surga khusus bagi pembudidaya lebah madu klanceng. Wallahu’alam.

 

Weleri, 8 Februari 2022

 

*) Founder HIBTAKI, Pembudidaya Klanceng, Pemerhati Pangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *