Ancaman petani tebu mengalihkan lahannya ke tanaman palawija di Jawa Tengah, mendapat perhatian serius Dinas Perkebunan Provinsi Jateng.
Ancaman petani menolak tanam tebu itu menyusul makin ser ingnya petani tebu mengalami kerugian, akibatnya rendahnya panen tebu dan kualitas rendemen yang rendah.
Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Kabupaten Kendal, Khafid Sirotudin, Selasa (9/2/2010) mengemukakan, ancaman petani tebu beralih tanaman itu tidak main-main.
Oleh karenanya, pemerintah perlu memberi isentif dan perhatian serius supaya pabrik gula tidak kekurangan pasokan bahan baku.
“Harus diketahui 80 persen bahan baku tebu berada di lahan kebun rakyat, yang kalau dihitung di Jateng ini mencapai luasan 590.000 hektar. Bila mereka tidak menanam tebu, jangan gula sudah impor bisa jadi tebu pun impor,” kata Khafid Sirotudin.
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jateng, Teguh Winarno menjelaskan, saat ini saja Jateng mengalami defisit pasokan tebu hingga 133.000 ton dari kebutuhan total per tahun mencapai 360.000 ton tebu.
Lahan tebu terus menyusut sehingga pihaknya terus melakukan pendekatan supaya petani tetap mau menanam tebu. Caranya, program sosialisasi menanam tebu yang baik serta pengadaan bibit tebu yang unggul terus dikerjakan supaya petani tebu tidak lagi rugi ketika panen tebu berlangsung.