Sebuah studi telah menemukan sebuah fakta bahwa manusia lebih cenderung mengingat mimpi buruk daripada Mimpi Indah.
Manusia lebih mudah mengingat satu kesalahan, kekhilafan dan ketidakbaikan ketimbang banyak kebenaran dan kebaikan dari sesama.
Ini karena otak manusia cenderung lebih lama menyimpan ingatan negatif dibandingkan menyimpan ingatan positif.
Begitu pula manusia lebih cenderung mengingat hal-hal buruk, kegagalan dan kesalahan yang dilakukan orang lain. Disisi lain cenderung mengingat-ingat kebaikan, kebenaran dan kesuksesan yang dilakukan sendiri.
Lantas sebagian besar manusia menganggap bahwa teman, saudara, keluarga dan sesama itu jahat, serta menilai lingkungan kita itu kejam.
Para ahli hikmah telah mengajarkan agar kita senantiasa Mengingat dan Melupakan 2 hal, yaitu :
Pertama, mengingat kebaikan orang lain kepada kita dan mengingat kesalahan diri kepada sesama.
Agar kita dapat memahami makna syukur dan mau berterimakasih kepada sesama.
Juga agar kita tidak lagi melakukan kesalahan yang sama atas sikap dan tindakan buruk yang telah kita perbuat.
Kedua, melupakan kesalahan orang lain kepada kita, dan melupakan kebaikan kita kepada sesama.
Agar kita menjadi pribadi pemaaf dan tidak pendendam, serta melatih menjadi pribadi yang tulus ikhlas dan sabar.
Sebab ketulusan atau keikhlasan merupakan syarat keberpenerimaan kita atas kehadiran Tuhan secara mutlak dan pasti. Serta pengakuan atas peran sesama makhluk Tuhan dalam kehidupan manusia selama hidup di bumi. Ketulusan adalah “bahasa” yang bisa dilihat orang buta, didengar orang tuli dan diketahui bayi, hewan, binatang dan semua benda mati ciptaan Tuhan.
Adapun sabar dan syukur merupakan “puncak akhlak” seorang hamba dalam menjalani kehidupan. Agar kita tidak takabur, sombong dan merasa jumawa atas setiap kesuksesan dan keberhasilan yang diraih. Sekaligus menjaga kita, agar tidak terjerembab ke dalam kesedihan yang berlarut-larut –apalagi putus asa– dari rahmat Allah Tuhan semesta alam.
Boleh jadi kita menganggap sebuah kemenangan dan keberhasilan yang sedang diraih saat ini sebagai sesuatu yang baik bagi kita.
Dan boleh jadi pula sebuah kekalahan dan kegagalan yang sedang menimpa saat ini dinilai buruk menurut ukuran kita, manusia.
Tetapi sesungguhnya Allah Sang Khaliq lebih mengerti apa yang terbaik untuk setiap makhluk-Nya.
Allah Maha Mengetahui (dahulu, kini dan yang akan datang), sedangkan manusia sangat terbatas pengetahuannya (hanya apa yang terlihat dan sesaat).
Semoga kita menjadi hamba yang pandai bersyukur, bersabar, ikhlas, serta memiliki ketulusan dalam menjalani kehidupan di bumi yang fana dan sekedar “mampir ngombe” (relatif singkat) ini.
Wallahul musta’an
#MuhasabahDiri
#SKS-02/11/2023