Khafid.id | Khafid Sirotudin – Sekitar 75 orang hadir di aula lantai 1 kantor Pimpinan Daerah Muhammadiyah Wonogiri, Ahad 20 Februari 2022. Mereka hadir mengikuti Dialog Kebangsaan yang diselenggarakan Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Wonogiri. Kami hadir sebagai nara sumber bersama Ir. Dyah Lukisari, M.Si. Kepala Dinas Ketahanan Pangan Jawa Tengah. Keynote speech disampaikan Wakil Bupati Wonogiri, Setyo Sukarno, mewakili Bupati Wonogiri yang sedianya hadir secara pribadi.
Dialog Kebangsaan mengambil tema ” Mewujudkan Kemandirian Pangan Berbasis Desa di Wonogiri ” Sebuah tema yang menarik untuk dibahas disaat masyarakat belum terbebas dari pandemi virus varian omicron, serta harga minyak goreng yang masih belum stabil. Sebagaimana kita mafhum, berbicara pangan tentu terkait dengan sembako (sembilan bahan pokok), dimana minyak goreng menjadi salah satu unsur dari sembako.
Kami menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada anak-anak muda Wonogiri yang tergabung ke dalam Pemuda Muhammadiyah, yang telah berani berinisiatif mengadakan forum tersebut. Juga kepada Kadishanpan Jateng, PD Muhammadiyah dan Pemda Wonogiri. Apalagi Wakil Bupati berkenan mengikuti acara sejak pagi hingga selesai siang hari menjelang jam 13.00 WIB.
Ketahanan Pangan Lokal
WHO mendefinisikan 3 komponen utama ketahanan pangan yaitu _*ketersediaan pangan, akses pangan* dan *pemanfaatan pangan*_. Sedang FAO menambahkan komponen keempat yaitu *kestabilan _dari ketiga komponen tersebut_ dalam kurun waktu yang panjang*.
Dengan demikian maka *ketahanan pangan desa _(rural food security)_* merupakan kemampuan suatu desa untuk memenuhi kebutuhan pangan yang cukup (jumlah dan mutu), aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau, sesuai agama, keyakinan dan budaya, serta memiliki stabilitas pangan dan berkelanjutan (jangka panjang).
Berdasarkan Perpres No.104/2021 tentang Rincian APBN TA 2022, pasal 5 ayat 4 huruf b disebutkan bahwa pengalokasian Dana Desa untuk Ketahanan Pangan dan Hewani paling sedikit 20 persen. Jika setiap desa mendapat Alokasi Dana Desa (ADD) sebesar Rp 800 juta – 1 milyar, maka pengalokasikan ADD untuk ketahanan pangan dan hewani setidaknya Rp 160-200 juta per desa.
Kabupaten Wonogiri memiliki luas wilayah meliputi 25 kecamatan, 43 kelurahan dan 251 desa. Sejak lama kabupaten ini dikenal sebagai daerah penghasil _’gaplek’_ (singkong), kacang mete, kambing _(jenis kacangan)_ dan sapi. Juga menjadi daerah penyangga produksi beras bagi Jawa Tengah.
Dengan jumlah 251 desa, maka sekurangnya tersedia anggaran belanja sebanyak Rp 40,160-50,200 milyar bagi alokasi program ketahanan pangan dan hewani di seluruh pemerintahan desa. Pengembangan ketahanan pangan di pedesaan bisa diarahkan untuk program optimalisasi produksi pangan berbasis pangan lokal (singkong, kacang mete, padi) dan hewani (kambing dan sapi).
Berpijak pada potensi lokal serta didorong keinginan untuk ikut berperan serta memajukan daerah, meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat petani di Wonogiri, Majlis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) PDM Wonogiri berinisiatif mengembangkan produk mie instan berbahan baku mocaf (modified cassava flour).
Singkong mempunyai nilai ekonomi tinggi jika diolah menjadi mocaf. Mocaf lebih bisa digunakan untuk berbagai produk pangan olahan dibandingkan tepung ubi kayu biasa (tepung kanji) serta dapat disimpan dalam waktu lama sebagai cadangan bahan pangan. Tepung mocaf kaya betakaroten (mocaf KBK), adalah salah satu produk tepung singkong hasil fermentasi dengan modifikasi struktur sel pada pati singkong secara enzimatis menggunakan bakteri asam laktat.
Secara keseluruhan tepung mocaf memiliki karakter dan kualitas seperti tepung terigu, kecuali pada tingkat elastisitasnya. Karena tepung terigu mengandung gluten sedangkan mocaf tidak. Namun kekurangan ini justru menjadi kelebihan, karena dapat mencegah timbulnya reaksi alergi dan efek negatif lain pada konsumen pangan berbahan dasar tepung terigu.
Berbicara soal mocaf, kami teringat ketika menjadi ketua panitia seminar tentang mocaf, hasil kerjasama Magister Agribisnis Universitas Diponegoro dengan Bulog Jateng tahun 2007. Pada waktu itu kami sedang menyelesaikan kuliah S2 Magister Agribisnis Undip Semarang.
Secara ekonomi harga singkong sekarang berkisar Rp 900-1000 per kilogram. Untuk menghasilkan 1 kg mocaf dibutuhkan singkong sebanyak 3-4 kg (Rp 2.700-4.000). Sedangkan harga mocaf di pasaran berkisar Rp 16.000-20.000 per kilogram. Terdapat nilai tambah (value added) sebesar Rp 12.000-16.000 per 3-4 kilogram singkong, setara Rp 3.000-4.000 per kilogram singkong. Dengan value added sebesar itu akan mendorong petani singkong untuk berproduksi lebih giat lagi.
Kera dan Tikus
Sebagaimana disampaikan salah satu peserta pada sesi tanya jawab, yakni adanya hama kera dan tikus yang sangat mengganggu dan mempengaruhi produktivitas tanaman pangan di Wonogiri. Beberapa usaha penanganan hama tersebut sudah pernah dilakukan. Salah satunya dengan mendatangkan pawang kera dari suku Badui Banten.
Kedatangan pawang kera itu, sesaat mampu menangkap dan _’merangkeng’_ kera-kera yang kerap merusak tanaman milik petani. Namun beberapa hari kemudian, setelah pawang kera pulang, gerombolan kera yang datang merusak tanaman pertanian semakin bertambah banyak jumlahnya dan memiliki daya rusak terhadap tanaman yang berlipat ganda. Begitu juga dengan hama tikus. Kejadian adanya hama kera dan tikus tersebut diamini oleh Wakil Bupati yang ikut menjawab pertanyaan dari peserta.
Kami jadi teringat dengan apa yang pernah disampaikan almarhum Prof AF, salah seorang pakar mikro bakteriologi dari Ryukyus University Jepang. Beliau pernah meneliti perilaku tikus selama bertahun-tahun. Seekor tikus yang dibunuh dengan cara ‘tidak berperikehewanan‘ (digropyok, digebuki, emposan asap, ditembak), maka tikus tersebut akan mengeluarkan “feromon” dan “suara jeritan” yang hanya bisa didengar dan mampu dibau oleh kawanan tikus di tempat lain dalam radius kurang lebih 7 kilometer. Sehingga pada keesokan hari, akan datang berbondong-bondong kawanan tikus dari segala penjuru guna ‘bertakziyah‘ di lokasi korban.
Apa yang terjadi dengan penangkapan dan ‘pengangkrengan‘ hama kera di Wonogiri, bukan tidak mungkin kera-kera tersebut “berteriak dan menjerit” dengan frekuensi suara tertentu yang hanya bisa didengar dan dipahami oleh sekawanan kera di tempat lain dalam radius tertentu. Sehingga keesokan hari, sekawanan kera dari tempat lain menggeruduk ke lokasi kera-kera yang dikrangkeng dan ditangkap.
Dalam ilmu penanganan hama dikenal istilah _’agen hayati’_ atau _”agen pengendali hayati”_. Yaitu setiap organisme yang dalam semua tahap perkembangannya dapat dipergunakan untuk keperluan pengendalian hama dan penyakit atau Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dalam proses produksi, pengolahan hasil pertanian dan berbagai keperluannya.
Menurut kami, teknologi penanganan hama kera dan tikus harus memperhatikan tata cara alam (hukum alam/sunatullah) yang telah memberikan _’ilmu’_ dengan memanfaatkan agen hayati sebagai solusinya. Disamping itu, usaha penanaman berbagai jenis tanaman buah sebagai sumber pakan kera perlu dilakukan di sekitar hutan tempat habitat kera tersebut berada. Tanaman jambu mete, pisang sepet dan aneka tanaman biji-bijian lain bisa dipilih dan dijadikan satu program penghijauan hutan kembali (forestasi).
Dapat pula beberapa kawasan kera dijadikan tempat wisata kera sebagaimana di Bali. Setidaknya terdapat 5 tempat wisata kera di pulau Bali, yaitu Monkey Forest Sangeh di Badung, Alas Kedaton di Tabanan, Monkey Forest Ubud, Uluwatu dan Pulaki di Bali Utara.
Kita bisa belajar dari Bali dalam hal tata ruang wilayah maupun tata ruang lingkungan dan pertanian. Sesanti _”Trihita Karana”_ sangat dihayati dan dipraktekkan dalam kehidupan nyata. Yakni hubungan manusia dengan Tuhan (hablu mina-Allah), hubungan manusia dengan sesama (hablu minan-nas) dan hubungan manusia dengan alam (hablu minal-alam).
Mie Sehat
Pada sesi terakhir kegiatan Dialog Kebangsaan, dilakukan soft launching produk Mie Sehat. Produk mie instan berbahan baku mocaf ini diproduksi oleh PT Surya Mandiri Berkemajuan. Sebuah perusahaan yang diinisiasi oleh MEK PDM Wonogiri dan sahamnya dimiliki PDM dan warga Muhammadiyah Wonogiri. Untuk produksi perdana Mie Sehat mengeluarkan 3 varian rasa yaitu Mie Kuah Kari, Mie Goreng Gunung Kidul dan Mie Goreng Ayam Bawang.
Kami bertiga, bersama Kadishanpan Jateng dan Wabup Wonogiri berkesempatan diberi sampel produk Mie Sehat dari MEK PD Muhammadiyah Wonogiri. Sekaligus sebagai penanda soft launching produk Mie Sehat segera memasuki pasaran.
Mie Sehat, produk mie instan berbahan baku mocaf ini adalah produk kedua yang dirintis oleh Muhammadiyahu setelah Mie-Mu produksi MEK Solo. Tahun 2021 lalu, Ketua PP Muhammadiyah telah berkenan melepas ekspor perdana mocaf ke Eropa, hasil produksi kelompok tani binaan Majlis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah di Banjarnegara, Jawa Tengah.
Indonesia sebagai penghasil singkong terbesar ke-6 di dunia (FAO, 2019), sudah saatnya mengembangkan mocaf sebagai bahan pangan substitusi/pengganti tepung terigu berbahan baku impor gandum 100 persen. Sebuah langkah berkemajuan dari warga Muhammadiyah dan petani singkong dalam mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan berbasis pangan lokal. Sejalan dengan tema Muktamar Muhammadiyah ke-48, pada tanggal 18-20 Nopember 2022 mendatang di Solo : Memajukan Indonesia, Mencerahkan Semesta
Wallahu’alam.