Allah Al-Khaliq, Tuhan seru sekalian alam menciptakan manusia sebagai _basyar-annas-insan-_ dengan sebaik-baik penciptaan. Manusia dititahkan Tuhan untuk menjadi khalifah di bumi. Dan Allah jualah yang telah menciptakan alam _makro-kosmos_ dan _mikro-kosmos_, beserta aneka ragam makhluk hidup dan makhluk non-hidup di dalamnya.
Setiap makhluk hidup diberi hidayah sesuai qodrat irodat-Nya, untuk mendukung kehidupan masing-masing sesuai garis edar Sunatullah.
Tumbuh-tumbuhan diberikan _hidayah ilhami_ (instingtif). Hewan diberikan hidayah _ilhami_ dan _hawasi (inderawi)_. Dan manusia selain dua hidayah itu, masih ditambah dengan hidayah _aqli_ (akal), _dien_ (agama) dan hidayah _taufik_-Nya.
Lebah (Jawa: tawon) adalah salah satu hewan yang spesial. Bahkan disematkan sebagai nama salah satu surat dalam kitab suci al-Quran yakni _An-Nahl_ (Lebah). Surat ke 16 dalam mushaf Utsmani dan surat ke-70 berdasarkan urutan riwayat pewahyuan (makiyyah).
Selain kumbang, lebah dan tawon ternyata hewan yang membantu penyerbukan tanaman buah-buahan dan sayuran hampir 90%.
Ribuan jenis lebah ada di muka bumi ini. Baik di wilayah tropis maupun sub tropis.
Sebagai bangsa Indonesia, kita wajib bersyukur telah dianugerahi SDA yang sangat melimpah, keragaman flora dan fauna yang tiada banding, serta iklim tropis yang menghangatkan.
Terdapat ribuan jenis tawon di dunia ini. Ada yang tidak menghasilkan madu untuk kita konsumsi, juga ada ratusan jenis lebah yang menghasilkan madu, propolis, bee-pollen/bee bread, wax (lilin), royal jelly dan _’bisa’_ (protein/enzim) yang bisa dimanfaatkan sebagai terapi _’sengatan lebah’_ untuk kesehatan manusia.
Dalam kitab tafsir al-Quran, Sayyid Quthb mengungkapkan manfaat madu sebagai obat penyembuh beragam penyakit sebagaimana telah dibuktikan secara ilmiah oleh berbagai ahli medis.
Sedang Ibnu Katsir menerangkan bahwa madu lebah itu cocok bagi semua orang. Warnanya pun beraneka rupa: kuning, merah dan putih.
Barangkali kalau Ibnu Katsir hidup di Indonesia beliau akan menambahkan warna madu itu: coklat muda, black-brown, hitam, oranye dan kehijauan. Sebagaimana aneka warna Madu Klanceng yang pernah ditemukan di seantero wilayah Nusantara ini.
Rasa madupun bermacam-macam. Taste madu berkisar pada 3 rasa: _’manis-asem-pahit’_.
Warna dan rasa madu dipengaruhi oleh beberapa faktor, al:
- _Jenis Lebah_:
Lebah klanceng dengan lebah apis menghasilkan madu yang berbeda. Bahkan sesama _stingless-bee_ (trigona sp) namun beda spesies menghasilkan keunikan madu tersendiri. Hal ini terkait dengan daya jelajah dan kemampuan terbang masing-masing.
- _Keragaman Vegetasi_:
Keragaman tanaman, baik monokultur maupun multikultur, sebagai sumber _nektar_ bahan baku lebah untuk diolah menjadi madu, sangat mempengaruhi madu yang dihasilkan koloni lebah.
- _Waktu Pemanenan_:
Madu yang dihasilkan koloni lebah dalam suatu tempat, dipanen dalam masa 1-3 bulan pasti berbeda dengan hasil panen 4-6 bulan.
- _Musim/Iklim dan Cuaca_:
Madu yg di panen saat musim penghujan tentu berbeda disaat panen musim kemarau.
Semua hal itu dikarenakan lebah madu tunduk dengan Sunatullah yang _absolute (mutlak), exactly (pasti) dan objective (adil/harmoni)_.
Sebagaimana Allah berfirman, yang terjemahnya:
- _’Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah (tawon): “Buatlah sarang- sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia”_
- _”Kemudian makanlah dari tiap-tiap buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yg telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yg bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yg demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan”_.
(Qs. An-Nahl: 68-69)
Semoga kita termasuk orang-orang yang pandai bersyukur. Amien..
Wallahua’lam
Weleri, 17/06/2020
_Hafidh-Syirojudin_
Founder HIBTAKI
Owner KlancengMu