#28-BelajarBudidayaKlanceng
Khafid Sirotudin
Tiga hari sebelum keberangkatan kami hubungi Hasan Asari. Beliau mantan Ketua ILMI Makassar, pembudidaya klanceng, pegiat lebah madu yang saat ini masih berdinas di Balai Karantina dibawah Kementan di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Sebenarnya keinginan silaturahmi sudah lama, tetapi pandemi Covid menjadikan kami harus menundanya.
Kegiatan melawat ke Makassar selain mengikuti kegiatan utama kunjungan kerja (kunker) membersamai rombongan Komisi B DPRD Provinsi Jawa Tengah ke Pemprov Sulawesi Selatan, kami manfaatkan untuk belajar, berdiskusi dan melihat dari dekat budidaya klanceng di Makassar.
Ngobrol di Kedai Kopi
Selasa, 14 Juni 2022, sepulang menyelesaikan kewajiban kunjungan kerja ke Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sulsel, kami kembali ke hotel Aryaduta untuk sekedar mandi, ganti baju dan rehat sejenak. Kami baca pesan WA dari Zulkarnain yang intinya sdr Kaimudin Ketua ILMI Makassar sore ini sudah siap menemui kami dan mengirim OJOL Maxim untuk menjemput di hotel.
Di kota Makassar jasa OJOL yang paling banyak Maxim, Grab dan Gojek, baik memakai kendaraan roda dua maupun mobil. Suasana jalan raya Kota Makasar sangat padat, apalagi waktu sore WITA ketika banyak pegawai pulang kantor dan karyawan pulang kerja. Maka naik motor roda 2 OJOL adalah pilihan terbaik menuju Kedai Kopi milik Kaimudin di Toddopuli, Manggala.
Sayangnya hujan turun deras begitu kami sampai di depan Kampus 3 Universitas Indonesia Timur. Setelah 15 menit belum ada tanda hujan mereda, akhirnya kami dicarikan ganti mobil Maxim. Hanya 10 menit kami sampai tujuan.
Kemajuan pembangunan sarana prasarana dan infrastruktur ibukota Sulsel sangat luar biasa. Setidaknya bila dibandingkan 7 tahun terakhir kami datang ke kota ini. Ada CPI (Center Point of Indonesia), Masjid 99 Kubah yang sedang tahap akhir penyelesaian serta Bandara Internasional Sultan Hasanudin yang sedang berbenah dan sebagainya. Juga masjid ‘terapung’ Amirul Mukminin yang megah persis di seberang depan tempat hotel kami menginap. Pagi tadi hamdalah kami sempat sholat subuh disitu, lumayan jamaahnya ada 2 shaft putra dan setengah shaft putri.
“Assalamualaikum…,” sapa kami di depan kedai kopi.
“Waalaikum salam. Selamat datang di Toddopuli mas,” jawab Kaimudin sambil mempersilahkan duduk.
“Alhamdulillah, maturnuwun,” jawab kami sambil memberikan kartu nama.
Saudara Kaimudin ditemani Zulkarnain dan seorang anggota ILMI lainnya. Secangkir kopi hitam tanpa gula dihidangkan shahibul bait sambil meletakkan beberapa botol sampel madu klanceng dan madu Apis dorsata endemik Sulsel. Kamipun memberikan 4 botol sampel madu klanceng dan 4 bungkus “kopi klanceng” untuk dinikmati, diperbandingkan tastenya sekaligus sebagai bahan diskusi. Madu dan Kopi, dua komoditas pangan komplementer yang saling berkaitan. Tanaman kopi membutuhkan bantuan lebah sebagai penyerbuk bunganya. Lebah membutuhkan nektar bunga kopi sebagai makanan dan bahan baku madu.
Madu Klanceng ‘Carpa’
Selesai jamaah maghrib di masjid terdekat dan dijamu makan malam Coto Makasar kami kembali ke Kedai Kopi. Kami ngobrol santai cerita suka duka, aneka pengalaman unik dan heroik selama budidaya, sambil mencicipi kekhasan rasa madu dari berbagai jenis yang ada.
Salah satu sampel madu yang menarik perhatian kami yaitu madu klanceng ‘carpa’ yang dihasilkan koloni Tetragonula biroi dengan sumber nektar dominan tanaman Acacia crossicarpa. Juga disebut dengan tanaman Belalang Hitam. Madu klanceng carpa, warnanya kuning muda, jernih, dengan aroma khas madu yang dihasilkan koloni Tetragonula biroi. Madu klanceng carpa memiliki rasa unik: dominan manis, ada sedikit rasa pahit dan nyaris tiada rasa asam. Sangat berbeda dibandingkan kebanyakan rasa madu klanceng yang dominan rasa asam.
“Madu Klanceng masa depan ini Daeng” puji saya pada Ketua ILMI Makasar. Sebagaimana kita ketahui bahwa pada hakekatnya tidak ada madu yang mutlak berasal dari satu jenis nektar tanaman saja. Naluri lebah, sebagai salah satu hidayah ilhami dari Tuhan, pasti akan mengambil beragam jenis nektar (floral dan extra floral) terbaik dari bermacam-macam tanaman yang berada dalam radius terbangnya.
Disisi lain, realitas pasar madu di Indonesia saat ini masih berdasarkan jenis nektar tanaman tertentu, seperti : kelengkeng, kopi, karet, randu, rambutan, carpa, kaliandra, kangkung, dan sebagainya. Biasanya diambil berdasar nektar yang dominan, diatas 60 persen. Sebenarnya hal inipun tidak menjadi masalah apabila penjual secara jujur, terbuka, adil dan bertanggungjawab akan kemurnian dan keaslian madu yang dijual. Masalah yang memicu adanya madu SOS (Sirupan, Oplosan dan Sintetis) oleh oknum yang tidak bertanggungjawab, justru dipicu adanya disparitas harga yang tinggi diantara madu berdasarkan nektar tanaman, meski dihasilkan oleh koloni lebah yang sama jenis/spesiesnya.
Kami pernah menjumpai ‘madu kelengkeng’ aspal (asli tapi palsu). Berupa madu Apis mellifera yang ditambahkan essence (perasa sintetis) kelengkeng. Masih banyak “kelirumologi” (kekeliruan yang diyakini sebagai sebuah kebenaran) yang kita jumpai di dunia permaduan. Kamipun pernah tertipu membeli madu klanceng ‘oplosan’ dari oknum peternak/pemasok yang tidak bertanggungjawab.
Maka untuk mendapatkan madu murni/asli mengharuskan kita memiliki ilmu, laku sosial dan pengalaman lapangan yang cukup. Belilah madu dari peternak, supplier, penjual dan produsen madu yang benar-benar ‘shahih’ asal-usul dan integritasnya. Salah satu caranya dengan melakukan silaturahmi, berkunjung, tadabur alam, berinteraksi secara langsung dengan teman pembudidaya di daerah yang dekat dengan tempat tinggal kita. Bisa juga melakukan kerjasama dengan praktisi perlebahan, aktivis ILMI Makasar sebagaimana yang kami lakukan.
Sudahkah kita minum sesendok madu murni hari ini?
No-Tree, No-Bee, No-Honey, No-Healthy, No-Money. Wallahu ‘alam.
Weleri, 17 Juni 2022
*) Pemerhati Pangan, Founder HIBTAKI, Pembudidaya Klanceng