#06-BelajarBudidayaKlanceng
Khafid Sirotudin
Kami pernah menempatkan 30 stup koloni klanceng dari spesies Tetragonula laeviceps (levi) dalam satu lokasi budidaya di kebun yang cukup luas (1500 m2). Di sekitarnya terdapat kebun pisang dan dekat dengan kawasan hutan (50 meter). Di setiap arah mata angin kami tempatkan 3-4 stup. Ada 8 arah yaitu Utara, Timur Laut, Timur, Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat, Barat Laut. Pengamatan kami lakukan hampir setiap hari, meski hanya sekilas, berkisar 30-60 menit.
Kami mencoba mengamati pergerakan keluar masuk klanceng dari masing-masing koloni. Dua kali biasanya kami perhatikan gerakan klanceng pekerja (female stingless-bee worker). Yaitu pada saat pagi untuk mencatat ‘waktu awal/pertama kali’ klanceng pekerja keluar sarang, dan pada sore/petang hari ‘waktu terakhir’ klanceng pekerja masuk kembali ke stup/sarang. Terdapat data yang menarik dari hasil pengamatan kami selama 6 bulan lamanya. Diantaranya sebagai berikut :
Pertama, Klanceng pekerja yang memiliki corong (pintu stup) ke arah Tenggara, Timur, Timur Laut dan Utara keluar sarang lebih pagi daripada koloni yang corongnya ke arah Selatan, Barat Daya, Barat dan Barat Laut.
Kedua, Klanceng pekerja yang memiliki corong (pintu stup) ke arah Tenggara, Timur, Timur Laut dan Utara memasuki sarang lebih sore/petang daripada yang corongnya ke arah Selatan, Barat Daya, Barat dan Barat Laut. Kami menduga perilaku koloni klanceng ini terkait dengan waktu terbitnya matahari dari arah timur dan tenggelamnya di arah barat.
Kami juga tidak ‘nggraito’ (mengetahui) lebih jauh untuk mempelajari pola arah terbitnya matahari terkait ‘ekuinoks’ dan titik balik matahari di bumi yang biasanya terjadi pada bulan Maret, Juni, September dan Desember. Yang kami pahami dan yakini bahwa klanceng adalah hewan ciptaan Tuhan yang sangat menawan. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, hewan dibekali 2 hidayah yaitu ilhami (instingtif, naluri) dan hawasi (inderawi). Berbeda dengan tanaman yang hanya mendapatkan hidayah ilhami. Sedangkan kita sebagai manusia, selain diberi dua hidayah itu, Tuhan juga memberikan hidayah aqli (akal) sebagai bukti kesempurnaan makhluk ciptaan-Nya.
Dengan keluar sarang lebih pagi dan kembali ke sarang lebih sore, maka dapat kami simpulkan bahwa koloni klanceng pekerja yang corong sarangnya ke arah Utara, Timur Laut, Timur dan Tenggara memiliki “jam kerja” lebih panjang mencari NePoReA (nektar-pollen-resin-air) ketimbang koloni yang corong stupnya menghadap ke arah yang lain.
Maka sejak kami menemukan pengalaman empiris ini, seluruh koloni klanceng yang berada dalam satu lokasi kebun itu, kami ubah arah corongnya ke utara, timur laut, timur dan tenggara. Semoga pengalaman kami ini bisa menjadi pedoman bagi para pembudidaya yang berada pada fase awal memelihara klanceng. Setidaknya bisa mencoba dan ikut mengamati koloni yang dibudidayakan. Sekaligus sebagai ladang penelitian dan uji _keshahihan_ empiris bagi penyempurnaan ilmu budidaya klanceng yang efektif dan efisien.
Karakter levi
Klanceng T. laeviceps (levi) dalam mencari pakan lebih menyukai NePoReA dari floral (bunga) dan extra floral (lipatan daun/non bunga) yang memiliki ketinggian maksimal 3 meter dari tanah. Radius terbang efektifnya sekitar 100-200 meter dari sarang. Levi Pekerja mengambil NePoReA paling dekat dengan sarang yang berjarak 2-3 meter dan relatif tanpa halangan bangunan atau tembok yang tingginya lebih dari 3 meter. Ketika kita menempatkan koloni pada rak yang menempel di tembok rumah atau bangunan, Levi Pekerja cenderung terbang keluar mencari pakan searah corong stup dan ke arah tanaman yang tidak terhalang bangunan. Karakter Levi yang bandel dan “tidak takut manusia” seringkali mendatangi ‘nimbrung’ makanan dan minuman yang tersaji di meja teras rumah kita. Sebuah pemandangan yang indah yang seringkali dijumpai ketika kami memelihara koloni Levi di halaman depan rumah.
Karakter lain Levi yaitu mudah beradaptasi dan bisa membuat sarang di sembarang lokasi buatan manusia. Kita acapkali melihat Levi membuat sarang di ‘bumbung’ (ruas bambu) pada kandang kambing/sapi. Atau di tiang dan kusen-kusen kayu jendela rumah kita yang sudah lapuk. Bahkan pernah kita jumpai membuat sarang di usuk bambu pada ‘pawon’ (dapur) rumah pedesaan yang penuh asap sekalipun.
Setahun lalu, kami telah memindahkan 10 stup koloni Levi yang berada di teras rumah ke tempat lain. Setelah kami kehilangan 2 stup H. itama yang diambil alih secara paksa oleh koloni Levi yang agresif. Memelihara klanceng di teras/halaman/pekarangan rumah, sebaiknya memang dengan satu jenis/spesies saja. Wallahu’alam
Tegal Mulyo, 24 Februari 2022
*) Founder HIBTAKI, Pembudidaya Klanceng, Pemerhati Pangan.