#04-BelajarBudidayaKlanceng
Khafid Sirotudin
Meski dalam materi pelatihan dasar sudah disampaikan, namun hampir selalu ada pertanyaan diajukan oleh di ex trainee di WA Group, antara lain: Bagaimana cara menempatkan stup koloni klanceng yang ideal; berapa jarak stup dari tanah; bolehkah stup koloni ditata bersebelahan atau ditumpuk dan sebagainya. Biasanya pertanyaan disertai foto atau video pendek. Ada yang menempatkan koloni di rak/shelter stup; ada yang digantung di teras rumah seperti menggantang burung; ada yang menempatkan diatas bangku/kursi. Bahkan ada yang nekad menempatkan di atas ‘blandar’ atau di bawah atap rumah lantai 2.
Berikut pedoman untuk penempatan stup koloni klanceng yang kita pelihara di ‘teras/halaman/pekarangan’ rumah (bisa didiskusikan lebih lanjut), antara lain:
- Pilih lokasi yang teduh, tidak terkena sinar matahari langsung, dan stup terhindar dari air hujan. Klanceng bisa hidup di daerah pantai yang panas maupun pegunungan yang dingin. Tetapi koloni klanceng lebih nyaman berada di dalam sarang yang teduh, tidak terkena sinar matahari langsung. Di daerah pantai koloni klanceng biasa bersarang di bawah tanaman bakau yang rimbun atau rumpun bambu di sungai dekat muara/pantai. Di kawasan hutan koloni klanceng biasa membuat sarang di bambu atau kayu yang berlubang. Penempatan stup di halaman atau pekarangan rumah musti dilindungi dengan naungan atap (genting, asbes, galvalum, seng, rumbia, dll) agar air hujan tidak mengenai kotak budidaya (stup). Selain awet juga menghindari “kuthuken” (Jawa : jamuren, stup terpapar jamur).
- Apabila stup ditempatkan di ‘teras rumah’, maka sebaiknya tidak ditempatkan di bawah sinar lampu yang menyala terang di malam hari. Jauhkan stup dari lalu lalang orang keluar masuk rumah, seperti diletakkan di samping pintu utama rumah. Sebab koloni klanceng tetap bekerja di dalam sarang pada malam hari. Koloni menjadi ‘terganggu’ jika pintu/corong stup mendapat sorotan lampu yang terlalu terang benderang di malam hari.
- Jarak ideal penempatan stup dari tanah, 60-150 cm. Ketinggian tersebut selaras dengan posisi corong dan sarang klanceng di alam. Tidak haram menempatkan koloni dibawah atau diatas itu, misal 2 meter dari lantai/tanah. Tetapi akan menyulitkan kita ketika hendak melakukan kontrol secara berkala perkembangan koloni yang dipelihara. Boleh juga menempatkan stup di bawah 60 cm, tapi resikonya mudah dimangsa predator klanceng : ayam, kadal, bunglon, katak, dsb.
- Penempatan koloni di lokasi yang mudah dilihat, dipantau dan diamati setiap hari. Meskipun kita hanya melihat sekilas sambil keluar masuk rumah, ketika membersihkan halaman atau merapikan tanaman di pekarangan.
- Jangan memindahkan (mereposisi) stup klanceng meski hanya bergeser 10-20 centimeter dari tempat semula. Tindakan ini memicu koloni “stress” dan bisa berakibat fatal. Koloni klanceng akan terpacu untuk beradaptasi lagi dengan “titik ordinat corong” yang sudah ditandai dengan feromon dan raw propolis/batumen pada lubang pintu stup.
- Jangan menempatkan koloni di dekat kolam ikan, empang ataupun tempat air yang terbuka di depan corong. Klanceng pekerja (female stingless-bee worker) biasa membawa kotoran (bangkai klanceng, sisa pot telur/broodcells yang sudah menetas dan kotoran lain) keluar sarang. Seringkali karena beban itu, klanceng pekerja jatuh ke bawah ketika keluar dari stup, lalu bangun untuk terbang kembali. Jika jatuhnya ke dalam air bisa menjadi santapan bergizi bagi ikan di kolam.
- Jauhkan stup dari jangkauan anak- anak, terutama anak balita. Meski klanceng aman bagi semua orang karena tidak menyengat, namun akan menyerang siapapun manakala terusik koloninya. Bagi anak balita yang ‘durung jowo’ (belum paham/mengerti) kemudian memegang atau menganggap stup klanceng sebagai mainan (kids toys) berpotensi membuat koloni terusik dan menyerang anak-anak. Meski tidak fatal tapi cukup merepotkan orang tua untuk menolong anaknya.
Sudahkah kita minum sesendok madu klanceng hari ini ?
Semangat pagi.. Wallahu’alam
Weleri, 19 Februari 2022
*) Founder HIBTAKI, Pembudidaya Klanceng, Pemerhati Pangan.