15 Tahun NABITA

Jumat Kliwon, 14 Januari 2022, jam 08.00 WIB, Hj. Ratna Shalihah (Bu Nana), menyiapkan aneka jajanan yang ditata menarik diatas _’tampah’_. Sebuah ritual tahunan yang dilakukan oleh toko NABITA. Toko baju, perlengkapan bayi dan balita serta mainan anak-anak. Nabita Baby Shop and Toys. Salah satu usaha milik keluarga yang mengusung tagline _”Sahabat Bayi dan Balita Anda”_. Hari ini toko NABITA berusia 15 tahun.

Aneka makanan kecil tersebut kami bagikan cuma-cuma untuk pelanggan yang datang berbelanja. Juga kami bagikan payung berlabel Nabita bagi pelanggan setia yang berbelanja dengan jumlah tertentu. Payung sangat bermanfaat di musim penghujan setiap bulan Januari.

Pelanggan setia Nabita kebanyakan mama muda yang berbelanja baju dan perlengkapan balita untuk anak-anaknya. Serta ibu-ibu tua yang membelikan baju untuk cucunya. Ada juga bapak atau papa muda yang biasanya _”pasrah bongkokan”_ (minta tolong pihak toko untuk memilihkan semua keperluan) membeli baju dan perlengkapan bayi untuk anak dan cucu yang baru lahir.

Banyak pula ibu-ibu jemaat gereja yang mampir setelah mengikuti misa dan kebaktian, sekedar membeli kado buat menjenguk sanak saudara dan tetangga yang baru melahirkan. Sebuah segmentasi pasar (market share) yang berkeadaban tanpa sekat SARA.

Merintis dari Kecil

Kami masih ingat, suatu malam di pertengahan tahun 2006. Bu Nana, istri kami menyampaikan keinginan untuk memiliki toko kecil yang khusus menjual baju dan perlengkapan bayi dan balita di Weleri. Dua tahun sebelumnya, istri telah merintis usaha berdagang busana muslim. Selaku pemegang satu brand produk busana muslim dari Sidoarjo Jatim. Sebenarnya sudah berjalan baik hingga menjadi supplier beberapa toko di Kendal dan Semarang.

Namun dengan alasan agar lebih bisa membersamai anak ‘bontot’ kami (Salma, 5 tahun), istri lebih memilih berjualan yang tidak membutuhkan mobilitas tinggi ke luar kota.

Kebetulan juga, ibu dan keluarga besar kami kebanyakan pedagang pakaian di Pasar Weleri I. Sebagian keluarga berhijrah menjadi produsen dan berdagang pakaian di Pasar Klewer Solo, Pasar Limpung Batang dan menyebar hingga Pemalang dan Tegal. Sehingga menjadi lebih mudah mengajari istri dalam merintis usaha berdagang pakaian (Jawa : putihan, garmen).

Setelah melakukan survey pasar, kami berketetapan hati untuk membuka toko di Pasar Weleri II. Selain masih banyak kios yang belum terjual, harganya pun lebih murah daripada di kompleks Pasar Weleri I (Pasar Induk), yang terbakar habis November tahun 2020 lalu.

Setelah mendapat kios dari Dinas Pasar Kendal, kami berpikir dan memutar otak bagaimana cara yang efisien untuk mendesain dan menyiapkan berbagai barang dagangan serta perlengkapan agar terlihat layak sebagai toko pakaian. Harap maklum, modal kami sedikit. Itupun berasal dari kredit Bank Jateng sebesar Rp 80 juta. Separo lebih untuk bayar kios dan sisanya untuk investasi perlengkapan dan modal kerja.

Selain masalah modal dari kredit bank, ada beberapa tantangan dan hambatan awal yang musti kami hadapi untuk mencari solusi terbaik, diantaranya :

_Pertama,_ Pasar Weleri II, dikenal sebagai Pasar Hasil Bumi, Pasar Kliwon dan Pasar Pahing. Pasar tradisional ini hanya ‘hidup’ setiap Kliwon sebagai pasar hewan (kambing, ayam, unggas) dan Pahing (Sepeda dan Barang Rongsokan).

_Kedua,_ di belakang deretan toko kompleks pasar banyak berdiri warung  ‘remang-remang’ tempat berjualan minuman keras dan mangkal–maaf– WTS.

_Ketiga,_ di sepanjang jalan sebelah barat depan pasar menjadi tempat mangkal Dokar. Moda transportasi tradisional, dengan segala bau menyengat kotoran kuda ketika musim hujan. Dan debu kotoran kuda ketika musim kemarau.

_Keempat,_ hanya ada beberapa kios yang buka dan berjualan di kompleks Pasar Weleri II. Di Blok B yang kami tempati, hanya ada 1 kios yang buka. Boleh dikatakan _’Pasar Mati’_ dan sepi pengunjung. Pada hari pasaran Kliwon dan Pahing hanya ramai sejak pagi sampai siang. Sore hingga malam menjadi arena ‘pasar gelap’ warung ‘remang-remang’.

_Kelima,_ di belakang pasar menjadi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Hanya berjarak 25 meter dari kios kami. Jangan tanya baunya seperti apa.

NABITA kami sematkan untuk nama toko. Nabita diambil dari bahasa Arab, bermakna Tumbuh. Dan menjadi bagian dari nama anak ke-4 kami, Salma Nabita El-Durr Hatami. Waktu itu masih TK dan sekarang sudah menjadi mahasiswi FKG UMY, semester 6.

Banyak konsumen mengira nama Nabita berasal dari bahasa Jepang. Mirip nama lakon film kartun asal Jepang. Satu poin sudah kami dapat dari nama Nabita. Mudah diingat dan unik.

Tiga hari dua malam kami menata dagangan yang masih sedikit agar nampak penuh di almari etalase. Membutuhkan ilmu dan pengalaman _’tingkat dewa’_ serta semangat dan tekad baja. Bismillah, untuk pertama kali toko NABITA dibuka pada hari Minggu Legi, 14 Januari 2007, jam 09.00 pagi. Bertepatan dengan hari Ahad, 24 Dzulhijjah 1427 (Hijriyah) atau 24 Besar 1939 (Jawa).

Uang hasil penjualan transaksi kali pertama sebesar Rp 17.500, kami laminating dan masih tersimpan hingga sekarang, sekedar sebagai _’tetenger’_ (pengingat) perjalanan bisnis toko Nabita.

Be the One or Be the First

Keberanian Bu Nana membuka toko khusus yang menjual baju perlengkapan bayi patut kami apresiasi. Apalagi di Weleri belum ada saat itu. Kalau toko pakaian yang menjual aneka baju dan pakaian untuk remaja dan dewasa, sekaligus menjual pakaian anak-anak sangat banyak. Tetapi yang menjual secara khusus (lex specialis) baju dan perlengkapan bayi dan balita baru Nabita.

Kami teringat salah satu mentor bisnis UMKM yang pernah kami ikuti pelatihannya. Beliau menyatakan bahwa prinsip dasar untuk membuka usaha bisnis baru itu memilih satu dari 3 model. Yaitu, Be the First (Jadilah yang Pertama), Be the One (Jadilah Satu-satunya), atau Be the Best (Jadilah yang Terbaik).

Beliau juga mengajarkan kami bagaimana berbisnis itu musti jujur, adil,  dimulai dari kecil, fokus, setia, sabar menikmati proses, unik dan modal uang bukan yang utama.

Toko Nabita menjadi salah dua dari tiga model. Be the First dan Be the One di Weleri. Setidaknya dalam kurun waktu 2007-2008. Sebab setelah Nabita berjalan 2 tahun, mulai ada yang membuka toko serupa. Selanjutnya semakin banyak orang mengamalkan ilmu ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) dengan membuka Baby Shop di Weleri. Tidak kurang 20 toko baby shop berbagai ukuran berdiri saat ini. Dengan berbagai ukuran dan permodalan yang lebih besar. Beberapa toko melemah dan tutup. Ada juga yang berkembang menjadi besar.

Maka pilihan bagi Nabita saat ini tinggal 2 model. Be the First and Be the Best. Sebuah usaha yang tidak mudah untuk bertahan dan menjadi terbaik. Apalagi setelah 2 tahun terdampak pandemi Covid-19. Dimana penjualan pakaian mengalami penurunan yang sangat signifikan. Hampir 50-60% omzet digerogoti pandemi. Orang lebih memilih berbelanja bahan pangan, makanan minuman,  suplemen dan obat ketimbang pakaian.

Bertahan dan Berkembang

Lazimnya sebuah usaha perdagangan pasti ada naik turun dalam omzet dan pendapatan. Beruntung kami sudah memiliki _’brand loyalty’_ untuk beberapa kalangan konsumen. Membutuhkan kesabaran, ketelitian, kedisiplinan dan semangat untuk terus belajar bagaimana mengelola sebuah unit bisnis.

Selama 15 tahun berdiri, menurut catatan kami, toko Nabita setidaknya telah mengalami 3 tahapan transformasi bisnis.

5 tahun pertama, sebagai masa perintisan dan pembentukan _’brand image’_ dengan tata kelola administrasi yang masih manual.

Adapun 5 tahun kedua, sebagai masa pembentukan _’brand loyalty’_ kepada konsumen setia kami. Pada tahapan ini Nabita sudah memiliki sistem berbasis komputerisasi untuk sales dan stock barang. Bahkan sejak 2015-2016 toko Nabita sudah menerapkan ‘barcode system’ untuk pelabelan harga dan manajemen stock barang. Nabita menjadi yang pertama dan (mungkin) satu- satunya toko pakaian yang memakai barcode system di Weleri dan kabupaten Kendal. Kami membutuhkan waktu 2 bulan untuk input data 5.000-an lebih jenis barang dagangan yang dijual toko Nabita.

Pada 5 tahun ketiga, Nabita berusaha mempertahankan brand loyalty yang sudah terbentuk sambil menyiapkan diri untuk melakukan transformasi di era digital. Dimana persaingan bisnis semakin ketat, dinamis dan berbasis teknologi informasi.

Nama toko NABITA memang belum kami patenkan. Dan sekarang kami lihat di beberapa kota sudah ada yang memakai nama NABITA untuk toko pakaian anak-anak atau baby shop mereka. Kami sedekahkan nama NABITA untuk dipakai banyak orang meraih rejeki yang bertebaran di muka bumi. Betapapun kami yakin, bahwa jejak digital toko Nabita akan tersimpan hingga yaumil hisab.

_”Lemah teles, Gusti Allah sik mbales”_ (Tanah basah, biarkan Allah yang membalas dengan pahala-Nya).

Selamat ulang tahun Nabita Baby Shop & Toys ke-15. Teriring doa dan harapan semoga mampu bertahan dan berkembang di masa yang akan datang. Tetap semangat mencari rejeki Tuhan di bumi. Meski saat ini belum mampu _’nyugihi’_ (membuat kaya), setidaknya sudah bisa _”nguripi”_ (menghidupi) keluarga, karyawati dan menyekolahkan anak-anak sampai sarjana.

_”Allahumma inna nas’aluka rizqan halalan thayyiban wasi’an”_ (ya Allah Tuhan kami, sesungguhnya kami memohon diberi rejeki yang halal, thayyib dan berkesinambungan). Amin

_Weleri, 14 Januari 2022_

*) Pedagang Pasar, Ketua Caretaker APPSI Kabupaten Kendal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *